Lavid hanya bisa menunduk dalam saat Havid menatap tajam padanya. Ia tahu bahwa dirinya salah, tapi ia benar-benar ngeri dengan tatapan kakak keduanya itu. Seakan tatapan itu siap menusuk ke matanya.
"Udah berapa kali kamu kayak gini?" Tanya Havid dengan intonasi yang tidak bersahabat.
Lavid menelan ludah gugup, menatap takut-takut pada Havid. Ia terdiam cukup lama, membuat Havid menghela nafas kasar.
"Muka kamu jadi lebam semua, bahkan darahnya juga keluar. Kamu tau Abang nggak suka liat kamu berdarah, apalagi sampai bonyok begini." Tegas Havid sambil menekan luka di sudut bibir Lavid, membuatnya meringis lirih.
"Sakit kan? Masih mau ngulangin lagi, hm?"
Lavid menggeleng cepat. Ia tidak masalah dengan rasa sakitnya, yang ia takutkan hanya kemarahan dari kedua kakaknya. Mereka benar-benar seperti iblis saat marah, memberinya hukuman yang tak tanggung-tanggung.
"Good lil boy, sekarang pulang." Havid menarik tangan Lavid meninggalkan UKS untuk menuju parkiran.
Lavid hanya bisa pasrah, jika dirinya melawan maka katakan selamat tinggal pada kebebasannya yang memang hanya sedikit.
Setelah keduanya masuk, Havid segera melajukan mobilnya meninggalkan area sekolah Lavid.
Sepanjang perjalanan Havid hanya diam, tanda jika kemarahannya masih ada. Lavid menatap keluar jendela, dalam hati mengumpati orang yang membuatnya seperti ini.
Jika saja orang itu tidak terang-terangan menantanganya, maka ia tak akan seperti ini. Bagaimanapun itu, Lavid tetap cowok yang menjunjung tinggi harga dirinya. Dia bukan pengecut yang akan menolak tantangan.
Mereka sampai di rumah, tetapi Lavid rasanya ingin kembali ke sekolah. Ia mundur dan bersembunyi di balik tubuh Havid saat melihat David berdiri di depan pintu dengan aura yang menyeramkan.
"B-bang, takut." Cicit Lavid menarik-narik ujung kemeja Havid.
Havid tidak menghiraukan Lavid, karena ia masih sedikit marah padanya. Ia membawa Lavid mendekati David, membuat Lavid semakin mengkerut takut.
"Hm, bagaimana rasanya mendapat banyak pukulan sampai lebam? Mau Abang pukul lagi biar makin lebam?" Tanya David datar.
Lavid memejamkan matanya sembari menggenggam erat tangan Havid. Ia takut. Benar-benar takut.
"Masuk!" Suruh David.
Lavid langsung berlari masuk ke dalam rumah, meninggalkan David dan Havid yang masih ada di depan pintu.
"Anak satu itu, benar-benar." Gumam Havid.
"Kau tau apa yang harus kau lakukan?" Tanya David dan diangguki oleh Havid.
Havid langsung saja pamit pergi untuk 'mengeksekusi' orang yang sudah berani membuat adiknya terluka. David dan Havid tak pernah main-main jika itu menyangkut Lavid, adik kesayangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavid And His Brothers (END)
Fiksi RemajaLavid, si bungsu nakal tetapi nyalinya ciut jika sudah berhadapan langsung dengan dua kakaknya, David dan Havid. Hidupnya sering diatur. Sekalinya memberontak langsung dapat hukuman. Begitulah kehidupan Lavid bersama kedua kakaknya.