Cry Boy

7.5K 599 3
                                    

Suasana sarapan pagi ini begitu berbeda dari biasanya. Canggung dan beraura suram.

Lavid yang biasanya akan banyak bicara kini hanya terdiam menyantap makanan di hadapannya. Begitu juga dengan David dan Havid yang nampak tidak terlalu nafsu makan.

Selesai sarapan pun tidak ada pembicaraan. Lavid dan Havid langsung berpamitan pada David, sedangkan David sendiri kini tengah membereskan meja makan.

Sudah terbiasa mandiri sejak remaja membuat David bisa mengurus keperluan rumah dan kedua adiknya tanpa ART. Bagi David, ia akan lebih bahagia jika bisa merawat sendiri kedua saudaranya tanpa campur tangan orang luar.

Selama perjalan ke sekolah, Lavid hanya membisu memperhatikan jalanan dari jendela mobil. Havid sadar ada yang tidak beres dengan Lavid, tapi Havid coba mengerti kondisi. Mungkin saja adiknya itu masih kepikiran dengan kedatangan Dava kemarin sore.

Mobil yang Havid kendarai kini telah sampai di depan gerbang sekolah. Havid melepaskan sabuk pengaman Lavid dan menyempatkan menepuk kepalanya sebelum si empunya keluar.

"Jangan nakal dan belajar dengan benar. Nanti Abang tidak bisa menjemputmu, jadi kamu pulang nanti bersama Agus." Ucap Havid.

Lavid mengangguk mengerti. Ia mendekat dan mengecup ujung hidung sang kakak sebelum keluar dari dalam mobil.

Setelah memastikan Lavid masuk ke gedung sekolah, Havid langsung meluncur pergi dari sana.

Lavid berjalan di sepanjang koridor dengan langkah lemas. Ia berjalan dengan kepala menunduk, sehingga tidaj sadar jika ada orang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Lavid?" Panggil orang itu.

Lavid tersentak dan mendongak, dilihatnya Rama yang tersenyum tipis padanya. Lavid tidak menyahut, dirinya justru langsung menubrukkan tubuhnya pada tubuh Rama. Ia butuh sesuatu untuk bersandar.

"Why, Baby?" Tanya Rama.

Tetapi masih tidak ada jawaban.

Lavid meremas bagian depan seragam Rama hingga kusut. Rama dengan instingnya pun menggendong Lavid dan membawanya ke basecamp. Lavid tidak menolak, justru mengeratkan pelukannya di leher Rama.

Rama memasuki basecamp yang di dalamnya saat ini hanya ada Elan dan beberapa temannya.

"Itu si Lavid?" Tanya Elan yang dijawab deheman dari Rama.

Rama merasakan basah pada bagian depan seragamnya. Ia mendudukkan dirinya di sofa dengan Lavid di pangkuannya. Ia lalu memundurkan wajah Lavid dari dadanya. Rama agak terkejut saat melihat Lavid menangis.

"Hey, what's wrong?" Tanya Rama pelan.

"Hiks..."

Rama mengeratkan pelukannya pada yang lebih kecil. Ini pertama kalinya ia melihat Lavid menangis, dan jika dia harus jujur, dia membencinya. Melihat air mata Lavid yang mengalir rasanya sama seperti ia merasakan luka di tubuhnya di siram dengan air garam yang panas.

"Sssttt, jangan menangis. Jika ada masalah, kau bisa mengatakannya padaku." Bisik Rama di telinga Lavid.

Elan hanya diam memperhatikan, pun teman-teman Rama yang lain. Mereka tidak pernah melihat Rama bersikap selembut ini. Hanya kepada Lavid ia bisa menunjukkan sifat yang diluar ekspektasi.

"A-ayah, hiks..." Lirih Lavid yang masih bisa di dengar oleh Rama.

"Hm?"

"L-lavid, hiks... Kangen a-ayah... Hiks..."

Rama menghela nafas panjang, mengusap punggung yang bergetar itu. Ia cukup tahu kehidupan Lavid dan kedua saudaranya dari Nika, kakaknya sekaligus sahabat dari Havid.

"Jangan sedih, Sayang. Lebih baik tidur, hm?" Tawar Rama.

"Mau gue mintain ijin ke wali kelasnya? Takutnya Lavid dikira bolos." Tawar Elan dan diangguki oleh Rama.

Setelah Elan pergi, Rama membawa Lavid ke bagian pojok ruangan yang memiliki kasur berukuran lumayan besar, setidaknya muat untuk dua orang. Ia merebahkan tubuh Lavid di sana.

Saat ia berdiri, Lavid justru menahan tangannya.

"Temenin." Pinta Lavid yang jelas tak bisa ditolak oleh Rama.

Akhirnya Rama berbaring di sebelah Lavid dan memeluknya erat. Lavid sendiri menduselkan wajahnya di dada Rama, mencari kehangatan dan ketenangan.

Aroma woods dari tubuh Rama membuat Lavid sedikit rileks. Dan mata jernih itu pun tertutup perlahan dengan deru nafas yang teratur.

"Nice dream, Baby." Ucap Rama sambil mengusap rambut tebal Lavid.

Lavid And His Brothers (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang