1. Riuh Redam Amsterdam

73.6K 3.6K 141
                                    

"Mbak kelamaan jomblo lho makanya sampai muncul gosip Mbak itu lesbi."

Perempuan yang mendengar gosip tersebut terkekeh sambil mematut diri depan cermin setelah memakai bikininya. "Gila nggak sih gue. Bisa-bisanya gue kolaborasi sama Secret No Secret. Brand bikini paling dahsyat se-Eropa." Bukannya menimpali, dia malah mengalihkan pembicaraan. Malas kalau harus menanggapi.

"Lo lihat nggak nih, Bel. Cakep kan gue. Umur 34 tapi nggak kalah sama lo yang baru 27. Jangan malas olahraga makanya, Bel. Biar tuanya kayak gue nih. Tetep kece."

Belia—sang asisten model terkenal—hanya bisa menghela napas dan menyetujui dengan sangat jujur. Model di depannya ini memang sudah berumur 34 tahun, tapi bentuk tubuh, raut wajah, nyiur melambai rambutnya, justru malah mirip seorang gadis yang berusia 24 tahun.

Belia memindai sang model dari atas hingga ke bawah. Ada senyum bahagia di sana. Cekikikan sendiri sambil melihat refleksi diri dengan 2 potong bikini bermotif tutul-tutul macan.

"Mbak bahagia?"

Sang model menoleh lalu menatap Belia dengan senyum lebarnya. "Selama gue nggak nikah gue akan selalu bahagia, Bel."

Lagi-lagi menghela napas. Belia tidak mengerti apa-apa. Tapi selalu merasa ada apa-apa dengan perempuan di depannya ini. Senandung Niluh Kaniraras, atau biasa dipanggil Seni.

Perempuan dengan tato bunga sakura yang memenuhi seluruh perut hingga ke belakang pinggang. Jika dilihat sepintas, tak ada yang salah dengan semua itu. Selain di perut, Seni juga memiliki tato bunga lainnya di berbagai tempat. Bunga amarilis di bahu kanan. Bunga mawar di pergelangan tangan, dan juga bunga lili di betis sebelah kiri.

Namun bagi Belia yang hidupnya berputar-putar di sekeliling Seni, menghabiskan waktu paling banyak bersama Seni, Belia melihat ada sesuatu yang Seni sembunyikan di balik tato bunga sakuranya.

Sebuah bekas luka memanjang tidak jauh di bawah pusar, melajur dari kiri ke kanan, sepanjang 10-15 cm. Belia belum menikah, tapi gadis itu tahu luka yang kini sudah jauh samar-samar itu adalah bukti bahwa Seni mungkin saja pernah melakukan operasi.

"Bel, Bel!" Seni berbalik, menatap Belia yang sedari tadi melamun sambil menatap ke arahnya. "Kenapa, sih? Duit udah abis? Mau gajinya dinaikkin? Jangan kayak orang susah deh, Bel. Lo kan megang salah satu ATM gue. Pakai aja duitnya."

Belia yang terkesiap lantas membuang jauh rasa penasarannya. Lalu membalas tatapan Seni dengan berseri-seri. Gadis itu segera berdiri, meraih rambut panjang Seni dan merapikannya. "Nggak, duit aku masih ada, Mbak. Masa asistennya Seni Kaniraras bisa kurang duit, sih."

Seni menatap Belia dengan sedikit menyelidik. Belia tampak lain hari ini. Biasanya gadis itu pecicilan, cerewet, bagai robot yang baterainya sedang penuh. Kalau tidak mengingatkannya ini itu, ya kerjaannya mengomel.

Bibir Seni terayun sinis sambil menggoda. "Kepikiran soal gosip gue lesbi?"

"Iya. Kesel. Masa Mbak Seni yang cantik bagai bidadari ini lesbi. Orang kapten timnas Belanda aja naksir Mbak Seni. Belum lagi pengusaha restoran yang dari Indonesia itu juga pendekatan terus. Mbak Seni juga kan sering banget jalan sama cowok. Gimana bisa ada kabar lesbi sih kalau justru Mbak Seni yang suka gonta-ganti cowok."

"Halah, gitu aja dipikirin. Kalau gue lesbi, lo yang udah jadi asisten gue selama 9 tahun ini pernah nggak gue grepe-grepe? Pernah nggak gue lecehin lo? Nggak pernah kan, Bel? Gini lho, Bel, orang itu ... kalau nggak digosipin, kalau nggak ada yang benci, tandanya belum terkenal. Kalau gue kan lo tahu sendiri. Model asal Indonesia yang debut di Belanda. Seksi, kaya raya, cantiknya nggak kaleng-kaleng, dan sekarang jadi pemersatu bangsa." Seni berpose seksi menyentuh dada, lalu tertawa terbahak-bahak seolah semesta ini begitu lucu adanya.

SENANDUNG RUSUK RUSAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang