34. batal

78 5 0
                                    

Pulang ke rumah, Nata masuk ke kamar mandi, ia mencuci kaki dan wajah, sedangkan istrinya langsung rebahan di sofa, ia terbantai sebab kekenyangan.

"Kak, coba liat aku kaya orang hamil." Liana manyun kemudian Nata juga ikut manyun.

"Hamil bakso, telur gulung, brownies," Nata menyebutkan makanan dengan jari, "buanyak!"

Liana mengedarkan pandangan ke semua sudut, sempat kaget karena Nata nongol di sebelahnya. Sudah pukul sebelas malam, pasutri ini masih belum tidur. Bagaimana mau tidur, suasana mendadak hening dan canggung.

"Kamu nggak bersih bersih dulu?" usul Nata memecah keheningan di antara keduanya.

Cepat cepat Liana bangkit lantas berjalan ke kamar mandi membersihkan kaki serta wajah. Ingin mandi, sudah terlalu malam, lagian Liana adalah mahluk pemalas di muka bumi, malas mandi contohnya. Kenop pintu terbuka, Liana merasa lega kotoran rontok dari badan walau sedikit. Sekarang ia merasa lebih segar.

Liana melihat Nata mengetik sesuatu di ponsel, badannya condong ke kipas angin, lebih tepatnya mengeringkan rambut yang lepek. Liana diam, ia keluar kamar mandi masih lengkap, pakaiannya tak ada tertanggal satupun. Nata melirik ke depan sudah ada Liana ancang ancang melewatinya.

"Ehem!" Sengaja Nata berdehem keras, menghentikan langkah Liana, padahal Liana mau cepat cepat ganti baju dan ingin langsung tidur. Mungkin.

"Udah bersih bersihnya?" Entah kenapa barinton Nata membuat Liana ketar ketir, tangan serta kaki mendadak dingin.

"Udah."

Nata memajukan bibir, "Kok cuek banget sih sama Kakak? Ngantuk ya?"

Alih alih ingin tidur, sebenarnya kedua mata Liana kuat begadang sampai subuh dinihari. Ingin tidur cuma pengalihan isu, ia hanya ingin melewatkan malam sakral, tepatnya malam pertama bagi pasutri setelah menikah.

"Capek, Kak." Wajah Liana memelas kayak anak kecil minta dibelikan coklat.

Nata memajukan bibir lagi sembari menunduk pasrah, "Yah.." Helaan nafasnya terdengar tak ada semangat sama sekali.

"Ayo, Kak!" Liana mengulurkan tangan, "kita tidur bareng."

Kedua mata Nata membulat, "Ti-tidur bareng? Serius?"

Liana mengangguk sembari tersenyum. Wah, kalau begini stamina Nata memuncak jadi seratus persen. Saat tangan mereka bersentuhan, Liana bergidik, kenapa perasaan aneh mulai muncul, ia mendapat feeling kalau Nata macam macam dengannya malam ini. Liana menggeleng kepala cepat, ia singkirkan pikiran buruk yang bersarang di kepala.

"Beneran siap malam ini?"

Pertanyaan suami Liana membuat ambigu. Mencondongkan badan ke Nata, wajah Liana jelas sekali gugupnya, dada tiba tiba sesak, "Si-siap apa, Kak?"

Nata tertawa, deretan gigi putihnya membuat Liana mengulum senyum. "Siap tidur berdua maksud aku."

"Ya siap lah!" Liana berujar plong, kan hanya tidur berdua, bukan sunah rosul.

Nata membawa Liana menuju kamar, membuat istrinya terkagum-kagum melihat keindahan kamar yang ia dekor sesuai kesukaan Liana. Lampu tumbler mengelilingi sisi plafon, jika lampu dimatikan, tak hanya lampu tumbler yang menyala, hiasan kamar bentuk bunga daisy juga menyala.

"Di atas plafon itu, bunga daisy ya, Kak?"

Nata mengacak hijab istrinya, "Iyaa, kata Abah kamu suka bunga daisy."

Tangan Nata beralih mematikan lampu, ketika semua jadi gelap, beberapa detik kemudian, sisi kamar menyala semua, begitupun hiasan bunga daisy, sangat indah dipandang mata. Melirik dari samping, Nata tersenyum simpul karena Liana berbinar binar melihat kamar yang sangat luar biasa.

Anata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang