48. twins Z

88 1 0
                                    

Beberapa bulan setelahnya..

Dingin malam menusuk permukaan kulit Nata yang di selimuti rasa takut. Menunggu Liana pembukaan bersalin, bikin denyut jantungnya melemah. Ia mengusap usap serta meniup tangan beberapa kali berusaha memunculkan suatu kehangatan, namun hasilnya nihil, ia tetap kedinginan.

Di saat para orang tua sudah tidur, ia tetap setia menunggu Liana di depan ruang bersalin semalaman suntuk. Bukannya tak mau tidur, hanya saja matanya tak mau terpejam karena terus memikirkan Liana yang tengah berjuang melahirkan.

"Ya Allah, beri kemudahan untuk istriku.." Nata berucap lirih kemudian air matanya meluncur bebas ke bawah.

Hingga tanpa sadar, ia tertidur di kursi panjang nan dingin tersebut karena matanya tak kuat lagi menahan kantuk. Subuh berkumandang, bahu Nata di sentuh Dahlia dari samping. Nata membuka mata perlahan, pandangannya buram tertutupi oleh kotoran mata.

"Bangun, Nak. Azanin anak kamu."

"Hah, udah azan?"

Sebenarnya Nata mau kaget kaya biasa karena Dahlia berujar samar samar, tetapi dalam fase mengumpulkan nyawa, jadi sedikit loading kagetnya.

"Abang, anak kamu lahir."

Nata mengucek mata dan bangkit berjalan meninggalkan dua perempuan yang menatapnya bingung. Nata juga tak tau, langkah kakinya sampai di tempat wudhu. Segera Nata membasahi wajah lantas berwudhu, ia berjalan sempoyongan ke mushola sendiri.

Di sujud terakhir, perkataan dua perempuan paruh baya yang merupakan Ummi dan mertuanya itu meracau menganggu pikirannya. Matanya terbuka lebar menyadari perkataan mereka. Usai sholat subuh, Nata berlari menuju ruang bersalin, kenapa ngelagnya terlalu lama.

Mengetuk pintu bersalin, ia melihat sudah banyak pasang mata menatap ke arahnya. Dahlia serta Anna masing masing menggendong satu bayi yang sudah bersih tertidur pulas dengan mata terpejam.

"Kembar?" tanya Nata bergetar karena syok.

Ummi mengangguk mantap, "Kembar, laki laki."

Nata langsung sujud syukur menumpahkan rasa syukur. Penantian panjang yang selama ini ia tunggu, akhirnya Allah sudah menyiapkan hadiah terbaik. Adrian mengusap punggung Nata, menenangkan menantunya menangis diam diam.

Kemudian Nata beralih, mencari Liana. Di brankar bersalin, kedua mata Liana terpejam rapat. Wajahnya pucat dan keringatnya dingin. Nata memegang jemari Liana, tak ada kehangatan menjalar seperti biasa. Ia menatap Dokter bersalin, bertanya melalui ekspresi wajah cemas.

"Mbak Liana kelelahan karena dua kali mendorong. Mbak Liana harus istirahat beberapa hari untuk pemulihan."

Nata mengangguk paham lantas menyurai rambut hitam pekat Liana. Ia mengecup kening Liana menyalurkan rasa cinta. Kedua orang tua yang berada di situ perlahan senyumnya melebar.

"Terimakasih, istriku."

Nata berbalik mendatangi kedua putra mungilnya, Nata tersenyum menatap satu per satu. "Yang lahir duluan, yang mana?" tanyanya.

Ummi langsung memberikan bayi pada Nata, Nata sedikit tremor baru pertama kali memegang bayi fresh graduate dari Liana.

"Assalamualaikum, ahlan wa sahlan ya habibi."

Nata adzan penuh penghayatan hingga tak sadar air matanya jatuh ke permukaan pipi. Usai mengazani bayi pertama. Nata menyerahkan kepada Ummi dan mengambil bayi kedua, dari Dahlia. Pelan pelan Dahlia memberikan pada Nata takut nanti bayinya bangun.

"Assalamualaikum, ahlan wa sahlan ya habibi."

Nata adzan lagi untuk kedua kalinya. Kali ini ia mencium pucuk kepala putranya, dan menyerahkan lagi pada Dahlia.

Anata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang