49. brownies

59 1 0
                                    

Pulang ke rumah, Nata berniat membuat brownies kesukaan sang istri, sambil mengemas beberapa baju untuk dibawa ke rumah sakit. Di dapur, Nata mengikat bandana ke kepala, penuh tekat membuat brownies agar senyum istrinya kembali. Mulai dari tepung hingga gula berserakan di meja, dapur berantakan karena Nata tak pandai membersihkan perabotan kembali. Andai Liana melihat dapur kinclongnya jadi berantakan, sudah dipastikan Liana kesurupan.

"Aduh, duh!"

Nata meringis kesakitan ketika lengannya tak sengaja terkena loyang panas habis keluar dari oven. Wajahnya sudah dipenuhi serbuk tepung, dan ia sedikit berkeringat. Senyum Nata memudar ketika melihat brownisnya tak secantik yang dulu pernah ia buat. Nata putus asa, mengapa usahanya menghianati hasil, padahal seluruh semangat dikerahkan.

Sesudahnya di rumah sakit, Nata membuka kenop pintu dan mendapati Liana tengah murung melamun, di sampingnya sudah ada potongan kue brownies. Rupanya mertua dan orang tua Nata sudah punya ide menghadiahi Liana brownies lebih dulu.

Nata menaruh tas yang berisi baju, ia mendekati Liana, duduk di samping dan meminum air sebab kelelahan. Nata melirik, "Tumben nggak makan brownies? Biasanya kamu maju paling depan."

"Nggak nafsu."

Nata mengulum bibir, ia berjalan mengeluarkan sekotak brownies gagal yang ia buat, menunjukkannya pada Liana, tak lupa eskpresi sedih dari Nata mewakili isi hatinya yang hancur.

"Kakak bikin brownies?"

Nata mengangguk sebelum membuka kotak tersebut, "Tapi gagal," ucapnya sedih.

Liana tersenyum tipis, "Sini aku liat, Kak."

Nata duduk di kursi, menyerahkan kotak tersebut ke Liana. Pelan pelan Liana membuka, ia tersenyum senang. "Hehe, aku udah nunggu lama, eh tapi," Liana memiringkan kepala, "kenapa muka Kakak ditekuk gitu?"

Nata manyun, "Kan gagal."

Liana membuka kotak tersebut dan ya, senyumnya memudar melihat brownies yang bentuknya tidak simetris, udah kaya gunung naik turun. Tak perduli penampilan, Liana langsung melahap kue coklat tersebut ke mulut, matanya terpejam, senyumnya tercetak jelas.

"Gimana rasa brownies gagal?" Kedua alis Nata naik bersamaan.

"Aku udah banyak nyoba brownies lain, tapi yang gagal ini paling enak."

Deg!

Nata tak menyangka akan respon Liana seperti itu, ia fikir Liana tak akan memakan brownies buatannya karena dari awal sudah gagal.

"Beneran enak?" Tanya Nata sekali lagi, belum yakin.

"Beneran!" Liana kembali semangat, "nggak ada yang bisa nyamain enaknya brownies gagal ini."

Nata dibuat terbang melayang, pujian istri lah yang membuatnya tersihir. Nata jatuh cinta, entah berapa kali ia terjatuh, Liana adalah alasan dirinya jatuh cinta berkali kali.

Dahi Liana mengerut sekilas terlihat luka bakar di lengan sang suami. "Kak, itu tangannya kenapa?"

Nata mengulurkan lengan, "Oh ini, kena loyang panas tadi."

Bibir Liana maju beberapa senti, berasa tak rela lelakinya terluka. "Di sini ada saleb luka bakar," ucapnya beralih mencari saleb di laci.

Liana bersemangat ketika benda yang ia cari ketemu, lantas ia mengoleskan saleb ke lengan Nata. Rasa dingin spontan menjalar di bagian lukanya yang sakit. Adem. Tapi adem lagi melihat Liana meniup niup saleb di lengannya supaya lekas kering.

Nata keluar sebentar, balik balik ia sudah menggendong salah satu anaknya yang bangun. Zahid namanya. Menciumi pipi Zahid, menimang nimang sambil menyanyikan sholawat. Aktivitas Liana terhenti dan menyuruh Nata mendekat. Nata memberikan Zahid dengan pelan, Liana mau nangis rasanya untuk pertama kali menggendong Zahid.

Anata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang