50. healing

138 2 0
                                    

Beberapa bulan setelahnya, Zahid dan Zihad sudah bisa berdiri sendiri. Liana pusing melihat seisi rumah berantakan sebab kedua anak supernya itu menghamburkan mainan. Dimana Nata? Dia tengah pasrah di tunggangi Zahid, bagaikan kuda.

"Ya Allah, Nak. Abba kasian kamu dudukin, turun Zahid!"

"Ntak mawuu," jawabnya semakin asik, tak lupa menjambak rambut sang Ayah hingga kesakitan.

"Turunin, Kak!" Liana semakin panik ketika Zahid dengan liar di atas punggung Nata.

Zihad yang diam asik di bagian mainan lain, akhirnya dihampiri oleh Liana, menyerahkan centong sayur dan memberi kode ke arah Zahid. Dengan polosnya Zihad berjalan tanpa ragu dan..

Tunggg!

Reflek Nata menoleh ke belakang, mendapati Zahid memegang kepala dengan ekspresi wajah hendak menangis, sementara Zihad memeluk centong sayur lalu berlari menuju Liana. Zahid menangis kencang, suaranya menguasai seisi rumah. Sedangkan Liana menggendong Zihad kabur.

"Anak Abbaaaa!" ucap Nata mengelus kepala Zahid, Zahid semakin drama, bukan hanya menangis, tapi ia juga berguling guling melampiaskan rasa sedih yang begitu dalam. Saudara kembarnya itu, menyakitinya..

"Ihad ukuy paya ahid, Abba mwee." Zihad mengadu tersedu sedu. Karena tak tega, Nata menggendong Zahid keluar rumah, disana ia menemukan istrinya bermain bersama Zihad.

"Ayo, siapa yg salah, minta maaf!"

Zahid bersembunyi di balik Liana, tangan mungilnya meremas celana Ummanya. "Zahid, ayo minta maaf sama Kakak kamu," titah Liana berjongkok mensejajarkan tinggi badan Zihad.

Seolah paham, Zahid kembali meraung di pelukan Nata. Lelaki kecil itu sesegukan sampai lelah. Kemudian Nata menurunkan Zahid ke tanah, berhadapan dengan sang adik.

"Acu minca maf ya ahid." Zihad mengulurkan lengan sembari menunduk. Zahid langsung menerima permintaan maaf tersebut sambil memeluk.

"Aaa soswit," celetuk Nata menatap mulut, terharu melihat pemandangan indah di depan mata.

"Ya Allah bayi besar terharu yah?" Liana membuka tangan dan Nata langsung memeluknya.

"Terharu banget, pengen cucu deh."

Tanpa keraguan Liana menggeplak Nata. Nata seketika tegak sambil meringis, namun kembali bermanja di pelukan Liana.

Sore sehabis ashar, mereka berencana ke alun alun kota menaiki sepeda motor. Nata menggunakan hipseat di depan dada, begitupun dengan Liana. Zihad digendong Nata sementara Zahid digendong Liana. Berkeliling menaiki sepeda motor bersama anak ialah keinginan Liana semenjak menginjak usia dewasa, dan sekarang terkabul bersama lelaki yang kini menjadi suaminya. Nata Utara Rahman.

•End•

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang