The Duchess of Floyen
.
.
.
.
.
.
Regis menatap nanar pada kedua tangannya, yang kini berlumuran darah segar. Matanya perlahan mengarah pada sosok di depannya. Pedang itu telah menembus jantung [Name], darah mengalir deras dari luka di dada gadis itu. [Name] menatapnya dengan mata yang berair, bibirnya bergerak pelan, dan suara lirihnya bergema seperti serpihan kaca yang menusuk hati Regis.
"Tuan Duke..." lirihnya, hampir seperti bisikan.
Tubuh Regis bergetar hebat. Ia ingin berteriak, memprotes takdir yang kejam ini, tetapi yang keluar hanya isakan tertahan. "Tidak... tidak...," desisnya lemah. Dengan tangan gemetar, ia mencoba meraih gagang pedang, bermaksud menariknya keluar dari dada [Name], seakan bisa menghapus luka yang terlanjur ia berikan. Namun, [Name] menahan tangannya. Gadis itu malah menekan pedang lebih dalam, membuat darah semakin membasahi pakaian dan tangan mereka berdua. Tatapan [Name] tetap mengarah padanya, penuh penerimaan dan... kehangatan.
"Tuan Duke..." lagi-lagi ia berbisik. Regis hanya bisa menggeleng pelan, air mata tak terbendung, mengalir deras di wajahnya.
"Jangan... [Name], jangan lakukan ini," suaranya hampir pecah, parau dan penuh kepedihan. "Kumohon, lepaskan... jangan menyiksaku seperti ini."
Namun [Name] tak mengucapkan sepatah kata lagi, hanya memandanginya dalam diam, sementara bibirnya bergetar menahan rasa sakit. Berkali-kali, gadis itu hanya memanggilnya dengan suara lemah.
"Tuan Duke..."
"Tuan Duke..."
"Tuan Duke!" seruan itu bergema, mengguncang kesadarannya.
Mata Regis terbuka, jantungnya berdetak cepat, napasnya tersengal. Ia terbangun dari mimpi yang sangat mengerikan——bayangan dari masa lalu yang terus menghantui tidur malamnya. Sudah dua tahun berlalu sejak peristiwa itu terjadi, namun ingatan dan trauma tersebut begitu dalam tertanam, seakan waktu tidak mampu meredakan sakit yang ia rasakan.
"[Name]...," lirihnya dengan suara parau, sisa-sisa mimpi buruk masih tampak jelas di wajahnya. Tanpa disadari, air mata mengalir membasahi pipinya.
Sebuah tangan lembut kemudian menyentuh wajahnya, jari-jarinya menyeka air mata itu dengan penuh kasih sayang. "Suamiku, kau mimpi buruk lagi?" suara itu lembut, penuh perhatian, suara yang sangat ia kenal.
Regis mendongak dan bertemu pandang dengan wajah istrinya, [Name]. Wanita itu tersenyum tipis, meski guratan khawatir tidak bisa ia sembunyikan sepenuhnya. Tanpa berkata apa-apa, ia mendekat dan menarik Regis ke dalam pelukannya, memberikan rasa nyaman yang sangat ia butuhkan.
"Aku di sini, Tuan Duke. Mengapa kau begitu khawatir?" ucapnya lembut sambil membelai punggungnya.
Regis balas memeluk tubuh mungil itu dengan erat, seakan takut kehilangan lagi. Ia membenamkan wajahnya di leher [Name], menghirup aroma manis yang familiar dan menenangkan. Ia masih sulit percaya bahwa [Name] benar-benar ada di sini, di sisinya, nyata.
Tiga bulan yang lalu, saat ia hampir putus asa dan berada di ambang kehancuran, [Name] muncul di hadapannya. Malam itu, Regis telah siap mengakhiri hidupnya, dengan belati yang sudah menancap di dadanya. Saat pandangannya mulai buram oleh rasa sakit dan kelelahan, bayangan [Name] muncul, menggenggam tangannya, mencegahnya tenggelam dalam kegelapan. Meski lukanya belum menyentuh titik vital, ia harus menjalani pemulihan yang panjang, dan selama itu, [Name] tak pernah meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill Your Daughter || Regis Adrey Floyen
Fanfic[COMPLETE] _________________________________________ Apa yang akan kamu lakukan jika seseorang tiba-tiba datang padamu dan memintamu untuk membunuh Putri kesayangan Duke Floyen? Apakah kamu akan menerima permintaan tersebut atau menolaknya? Kebanyak...