Good Bye, My Beloved
.
.
.
.
.
.
[Name] sudah mati, baik di dunianya maupun dunia Regis. Baginya tidak ada yang ia sesali dari kematiannya meski ia sudah melihat betapa terpuruknya Regis setelah ia pergi. Ia menolak tawaran Vassago, dan pergi dengan tenang menuju tempat peristirahatan terakhir bagi jiwa manusia——Nirwana.
Tetapi sebelum benar-benar bisa memasuki tempat itu, ada jiwa lain yang menahannya. Di tengah taman lavender itu, [Name] bertemu dengan seorang wanita dengan wajah yang familiar. Wajah teduh yang mengingatkannya dengan Juvelian. Wanita itu adalah Amelia, mendiang istri Regis sekaligus ibu dari Juvelian.
"[Name]," panggilnya pelan. Wanita itu menggenggam kedua tangannya dengan lembut.
[Name] mendengus pelan, merasa bingung dengan situasi saat ini. Tak ia sangka dirinya akan bertemu dengan Amelia saat kematian menjemputnya. Wanita itu tersenyum padanya, senyum yang begitu hangat hingga membuat [Name] merasa bersalah. Ia dengan seenaknya mencintai suami wanita itu dan membuat Regis melupakannya. Lalu sekarang, [Name] dengan begitu saja pergi meninggalkan luka yang begitu dalam bagi Regis.
Amelia harusnya sangat membencinya, tetapi wanita itu malah mengatakan hal yang tak disangka. "Aku tidak pernah melihat Regis seterpuruk itu, bahkan dia tidak seperti itu saat kematianku," ucap Amelia. Kening [Name] mengkerut saat mendengarnya. Merasa semakin bingung dengan situasi ini.
"Aku mencintai Regis, [Name]," ucapnya lagi.
[Name] menghela napas panjang. Ia tahu. Tentu saja Amelia mencintai Regis dan tentu Regis juga mencintai wanita itu. Dirinya hanyalah sosok yang tiba-tiba muncul di antara cinta mereka yang murni dan mengacaukannya. "Aku...," gumam [Name] pelan. Tetapi Amelia kembali mengucapkan sesuatu sebelum ia menyelesaikan ucapannya sendiri.
"Tetapi Regis sangat mencintaimu. Aku tidak bisa melihatnya putus asa seperti itu, [Name]." Amelia menatap [Name] dengan mata yang berair. "Tolong selamatkan, Regis. Kembalilah padanya, [Name]." [Name] tertegun, berusaha memahami maksud dari ucapan itu. Mengapa Amelia ingin ia kembali pada Regis? Mengapa bukan wanita itu saja yang kembali? Regis pasti akan lebih bahagia. Mungkin.
Melihat [Name] yang bimbang, Amelia mengeratkan genggamannya pada tangan gadis itu. "Regis tidak bisa hidup tanpamu, [Name]. Aku tidak bisa melihatnya seperti itu. Jika bukan demi Regis, tolong lakukanlah demi diriku," ucap Amelia, berusaha meyakinkan [Name] untuk kembali pada kehidupannya.
[Name] mendengus pelan. Ada sedikit perasaan gundah yang memenuhinya. Sekarang ia mulai bertanya-tanya, benarkah pilihannya untuk mati adalah hal yang benar? Benarkah Regis akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu seperti yang ia pikirkan?
Pertanyaan itu langsung terjawab saat Amelia menunjukkan gambaran kehidupan Regis dalam suatu lingkaran cahaya sihir. Ia bisa melihat Regis menggenggam sebuah belati yang telah diolesi dengan racun. Pria itu lalu bersiap, berangkat menuju makam milik [Name], membawa serta belati itu di balik sakunya.
[Name] menggeleng pelan. Tidak. Bukan ini yang ia harapkan. Ia memang berharap Regis akan putus asa, tetapi ia juga berharap pria itu akan segera pulih dan melupakannya. Tidak pernah ia membayangkan Regis akan melakukan tindakan mengerikan itu, terlebih lagi hanya karena dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill Your Daughter || Regis Adrey Floyen
Fanfiction[COMPLETE] _________________________________________ Apa yang akan kamu lakukan jika seseorang tiba-tiba datang padamu dan memintamu untuk membunuh Putri kesayangan Duke Floyen? Apakah kamu akan menerima permintaan tersebut atau menolaknya? Kebanyak...