Syaquel dan Rayana duduk berdampingan di atas pasir putih, menatap ke kejauhan di mana langit dan laut terhubung.Keduanya saling bersandar satu sama lain, jemari Rayana terus menggenggam telapak tangan besar Syaquel.
"Apa kita bisa terus kayak gini, Quel?" Tanya Rayana tanpa menatap Syaquel.
Syaquel menoleh sekilas, tidak menjawab.
Melihat Syaquel yang diam, Rayana lantas mengangkat kepalanya, menatap Syaquel dengan intens.
"Apa kita bisa terus kayak gini?" Ulang Rayana.
Syaquel juga menoleh menatap Rayana.
"Kamu cinta sama aku, kan, Quel? Dalam hati kamu, Cuma ada aku, kan? Kamu terpaksa menikahi istri kamu, semua perasaan itu, perasaan yang kamu rasakan sekarang untuk Rayana hanya rasa tanggung jawab kamu."
Ya, mungkin saja. Mungkin saja perasaan tidak nyaman saat bersama Rayana, ketika dia memikirkan Davina hanyalah rasa tanggung jawabnya.
"Quel." Panggil Rayana lagi. "Aku tau kamu punya rasa tanggung jawab yang besar. Aku enggak bakal maksa kamu buat pisan sama istri kamu. Selagi aku bisa terus deket sama kamu, aku rela jadi madunya Davina. Aku yakin, Davina juga enggak bakal keberatan di madu sama kamu."
"Ay, kamu.." Syaquel sendiri tercengang, dia menatap Rayana tanpa bisa mengeluarkan suara.
Bagaimana dia harus menjawab? Syaquel memang merasa bahwa saat ini, dia mencintai Rayana. Tapi entah mengapa, ada sesuatu yang menghalangi dirinya untuk setuju dengan apa yang Rayana katakan.
"Ini udah sore, aku harus balik." Syaquel tersentak, dia buru-buru berdiri ketika Rayana menahan lengannya.
"Ada penginapan di deket sini, gimana kalau kita mampir?"
Syaquel memalingkan wajah dari Rayana, saat dia hendak menjawab, ponsel di saku celananya tiba-tiba bergetar.
"Sebentar, aku angkat telepon dulu." Pergi menjauh, Syaquel mengangkat panggilan telepon dari Davina yang sudah dia abaikan sejak kemarin.
'Kak? Kenapa baru angkat telepon, sih.' Suara Davina di seberang sana terdengar.
"Gue lagi sibuk." Jawab Syaquel.
'...oh. Kak Syaquel sehat, kan? Anak-anak nanyain terus kapan Kakak pulang.' Syaquel dapat mendengar dengan jelas perubahan suara Davina menjadi sendu.
Pria itu terdiam, menatap jauh pada matahari terbenam. 'Sebentar lagi.' Jawab Syaquel pada akhirnya.
"Siapa yang nelepon?"
Di pihak Davina, dia tiba-tiba mendengar suara seorang perempuan yang tidak asing di seberang telepon.
Apa Syaquel sedang bersama seorang wanita?
"Itu suara siapa, Kak?" Tanya Davina.
'Itu—'
'Quel, ayo cari penginapan. Kita jadi, kan, nginep semalem di sini?'
'RAYANA!'
Tut.
Mendengar serangkaian percakapan itu, sebelum Davina bosa bereaksi, sambungan telepon tiba-tiba terputus.
Davina berdiri mematung di tempatnya.
Sebelumnya, dia khawatir karena Syaquel tidak kunjung menjawab panggilan telepon dari dia. Lalu, baru saja, dia senang karena Syaquel akhirnya menjawab telepon. Tapi kenapa—
Dia dengan jelas mendengar Syaquel meneriakan nama Rayana. Dia juga dengan sangat jelas mendengar bahwa keduanya akan menginap bersama.
Tapi kenapa? Bukankah Syaquel bilang dia sibuk? Kenapa harus berbohong...
KAMU SEDANG MEMBACA
S2|| SYAQUEL: Perjalanan rumah tangga
RomanceDavina merasa tidak ada begitu banyak rintangan dalam rumah tangganya. Tapi setelah lima tahun menikah dengan Syaquel, Davina baru mengerti bahwa Ujian dalam rumah tangga itu benar-benar nyata. _______________ Adalah lanjutan dari S1 Syaquel, Young...