BAB 09|| KEMBALI

5.8K 527 64
                                    


"SIAL!! bangsat! Setan! Sial sial sial!" Syaquel Wirattama, pria yang kini sudah mendapatkan kembali ingatannya itu sibuk memaki dengan mata merah di dalam mobil yang melaju kencang menuju rumah tempat dia dan Davina tinggal selama pernikahan.

Cengkraman tangan di kemudi mengerat, jika di perhatikan dengan teliti, siapapun dapat melihat bahwa sekujur tubuh Syaquel gemetar sekarang.

"Maaf, Sayang. Maaf." Syaquel mengusap wajahnya dengan gusar, tidak sabar untuk segera sampai di rumah.

Syaquel sibuk menelepon orang tuanya serta Davina sejak dia ingat semuanya. Tapi, tidak ada satupun dari mereka yang menerima panggilan telepon.

"Sayang?"

Sampai di tujuan, Syaquel segera berlari masuk sambil berteriak memanggil Davina.

"Vin?! Davina!!" Karena di lantai bawah tidak ada yang menanggapi, Syaquel naik ke lantai dua. Berharap Davina ada di sana bersama anak-anaknya.

"Shaka! Syaki! Papa pulang!"

"Sayang!"

"Davina?!"

"Shaka!"

Lama berkeliling rumah, Syaquel tidak menemukan siapapun.

Sekali lagi, Syaquel mengeluarkan ponselnya, menelepon nomor Khalista yang masih tidak kunjung menerima panggilan telepon.

Frustasi, Syaquel memilih untuk langsung pergi ke rumah Utama.

"Mau apa kamu kesini."

Kata sambutan yang pertama kali di dengar Syaquel saat bertemu dengan maminya adalah kata-kata dingin yang menembus tulang.

"Dimana Davina?" Tanya Syaquel langsung pada intinya.

"Ngapain kamu nyari menantu saya?" Tanya Khalista balik dengan nada judes. "Kamu–"

"Mi–"

"Khalista." Alby, yang datang dari dalam, langsung membuat Syaquel serta Khalista terdiam, menoleh secara bersamaan.

"Masuk." Alby memberi isyarat pada Syaquel. "Bicarakan didalam."

"Papi!" Protes Khalista pada sang suami.

Alby tidak mendengakan istrinya saat ini. Syaquel mengangguk dalam diam, masuk kedalam rumah mengikuti ayahnya.

"Ingatan kamu sudah kembali?" Tanya Alby.

Syaquel mengangguk.

"Kenapa kamu gak amnesia aja selamanya?! Kamu tau–"

"Khalista!" Bentar Alby ketika Khalista yang duduk di sebelahnya, mulai mengoceh hal yang tidak perlu. "Kita orang tua. Hal yang perlu kita lakukan adalah menengahi masalah Syaquel dan Davina, bukan memperumit masalah."

Mata Khalista memerah, dia sedih dan marah. Pada suaminya yang membela Syaquel, dan pada Syaquel yang telah berbuat hal yang diluar batas toleransinya sebagai seorang wanita.

"Syaquel udah keterlaluan, pi! Masa dia pergi sama cewek lain padahal istrinya lagi hamil?! Amnesianya enggak bisa di jadikan alasan buat selingkuh!"

Kepala Syaquel menunduk. "Maaf, mi."

"Kenapa kamu minta maaf sama saya?! Minta maaf sama Davina yang keguguran gara-gara kamu sama selingkuhan kamu itu!"

Tubuh Syaquel membeku ketika dia mendengar kata 'keguguran' yang keluar langsung dari mulut Khalista.

Kepalanya mendongkak dengan cepat, menatap Khalista dan Alby meminta penjelasan.

Alby menghela napas tidak berdaya. "Davina keguguran, Syaquel. Dia pulang kerumah orang tuanya." Jelas Alby dengan suara berat.

S2|| SYAQUEL: Perjalanan rumah tanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang