Bab 17||

3.8K 246 28
                                    

Suasana diantara mereka menjadi hening seketika. Syaquel menatap Davina dengan panik, buru-buru memegang telapak tangan wanita itu.

"Maaf, maafin aku," Ucap Syaquel, membawa kedua punggung tangan Davina ke bibirnya.

Davina memalingkan wajahnya, "Aku gak mau, ya, tiba-tiba dia datang dan bilang kalau dia hamil."

"Enggak!" Sanggah Syaquel dengan suara keras, membuat seluruh pengunjung mengalihkan tatapan mereka padanya.

Davina menarik lengannya dengan malu, tersenyum meminta maaf pada semua orang.

"Aku gak begitu inget, tapi sumpah! Aku enggak ngelakuin sejauh itu. Kamu percaya sama aku, oke?"

Davina berdecih, memilih memakan donat yang sudah dia pesan.

"Sebenernya aku juga enggak akan kaget, sih kalau–"

"Sayang..." Syaquel menatap Davina dengan tatapan menyedihkan seolah memohon pada sang istri untuk tidak membahas hal itu.

Davina menghela nafas, "Cepet makan, habis ini kita harus jemput anak-anak."

Syaquel mengangguk segera, menghabiskan donatnya lebih cepat daripada kecepatan cahaya. Dia takut Davina akan membahas hal yang ingin dia lupakan dan berujung pada mood buruk wanita itu.

Setelah menyelesaikan donat mereka, Syaquel tidak lupa membungkus untuk kedua putranya, lalu pasangan itu keluar dari sana. Tujuan pertama mereka adalah rumah keluarga wirattama, menjemput kedua putranya yang di titipkan disana.

"Mama!" Shaka berteriak senang ketika dia melihat ibunya datang.

Davina tersenyum, mengelus pucuk kepala Shaka.

"Shaka enggak nakal, kan?" Tanya Davina.

Shaka menggelengkan kepala kecilnya, "Enggak, Ma! Shaka lagi main sama Syaki."

"Vina," Khalista menghampiri Davina, memeluk tubuh menantunya dengan erat, "Makasih udah mau jadi menantu Mama lagi," Bisik Khalista.

Davina juga balik memeluk Khalista, menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Makasih Sayang." Khalista melepaskan pelukannya, wanita parubaya itu menyeka air mata yang menetes begitu saja.

Alby juga menepuk bahu Syaquel, memberi isyarat pada putranya untuk mengikuti dia kelantai atas.

"Aku keatas dulu," ujar Syaquel pada Davina dengan suara berbisik.

Davina mengangguk, memilih mengobrol dengan Khalista sambil memperhatikan kedua putranya bermain.

Alby membawa Syaquel masuk kedalam ruang kerjanya. Pria itu duduk diatas kursi kerja, sementara Syaquel duduk di sofa empuk tidak jauh dari Alby.

Alby membuka sebuah map, menyerahkan nya pada Syaquel. Syaquel menatap ayahnya dengan bingung, dia menerima map yang ternyata berisikan foto dari berbagai sudut.

Kening Syaquel berkerut, meskipun foto-foto ini bukan foto yang terlalu vulgar, tapi istri manapun akan depresi dan syok melihat suaminya bergandengan tangan dan berpelukan dengan wanita lain.

"Foto-foto itu enggak berhenti di kirim sampai sekarang. Papa urus kurir yang selalu nganter paket-paket itu, sekarang fotonya enggak sampai ke istri kamu. Tapi kamu enggak mungkin kayak gini selamanya, kan? Kamu tau jelas siapa yang kirim semua foto itu." Alby menatap putranya, dia ingin tau keputusan apa yang akan Syaquel ambil dalam menghadapi urusan Rayana.

"Aku tau," Balas Syaquel, "Aku mungkin harus buat dia pergi jauh–"

"Kemana? Keluar negeri? Untuk berapa lama? Satu tahun? Dua tahun? Cuma ngirim wanita itu jauh dari istri kamu enggak akan pernah cukup. Mungkin dia bakal kembali lagi mengganggu Davina."

S2|| SYAQUEL: Perjalanan rumah tanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang