BAB 08|| PULANG

5.8K 529 123
                                    


DOKTER memberikan obat penenang pada Davina yang meberontak bertanya dimana putri kecilnya.

Alby, Khalista, Khansa, dan kedua orang tua Davina hanya menangis melihat keadaan Davina yang seperti itu.

Dua hari di rumah sakit setelah bangun, Davina akhirnya tidak lagi mengamuk. Dia hanya diam, tidak banyak berkata. Terkadang, mereka melihatnya melamun menatap dinding putih kamar rumah sakit.

Tidak ada yang tahu bahwa, Davina diam-diam menangis di tengah malam. Dia lelah, baik hati, mental maupun tubuh.

Sangat lelah hingga Davina merasa dia tidak tau apa yang harus dia lakukan selanjutnya.

Sedih dan takut.

Dia kehilangan bayinya, dan harus menghadapi semua rasa pahit dan sesak ini sendirian. Tanpa Syaquel.

Bahkan, ketika dia di rumah sakit, setiap hari, nomor tidak di kenal itu tidak pernah berhenti menerornya dengan foto-foto ambigu antara Rayana dan Syaquel.

Davina merasa bahwa dia sudah gila.

"ARGH! KENAPA! KENAPA?!"  Di tengah malam, Davina tiba-tiba menjerit dengan nyaring.

Membuat Khalista dan ibu Davina yang menemani menginap di sana terbangun karena kaget.

"Kenapa Vin.." Tanya Ibu Davina mencoba menenangkan anaknya. Air matanya keluar melihat keadaan berantakan sang putri.

"Kenapa, ma?! Kenapa Kak Syaquel tega sama Vina! Kenapa?!" Davina menangis mengeluh. "Kenapa Kak Syaquel ninggalin Vina, ma? Vina salah apa? Kenapa..."

Dia melemparkan ponselnya membentur dinding.

Khalista menyeka air matanya, dia diam-diam berjalan mengambil ponsel yang Davina lempar.

Layar ponsel itu rusak, tapi masih bisa di hidupkan.

Melihat foto di ponsel Davina, Khalista menutup mulutnya dengan telapak tangan. Menatap tidak percaya pada gambar yang dia lihat.

Bagaimana mungkin? Dia jelas tau bahwa Syaquel tidak mungkin memghianati Davina.

Khalista maupun Alby tidak pernah mendidik Syaquel untuk menjadi seorang bajingan yang meninggalkan istri serta anak-anaknya dan lari bersama perempuan lagi.

Khalista, sebagai seorang ibu, jelas tau bahwa Syaquel selalu mempunyai rasa tanggung jawab yang besar.

Wanita parubaya itu tidak bisa menahan tangisnya ketika berpikir tentang alasan Davina keguguran.

"Ibu hamil umunya tidak boleh terlalu berpikir berat. Tidak boleh terlalu lelah, baik fisik maupun mental. Salah satu alasan anak ibu mengalami keguguran adalah depresi yang berlebihan. Saya tidak tau masalah apa yang dialami anak ibu. Tapi sepertinya, itu adalah sesuatu yang cukup serius." [Note: cuma karangan author. Aku juga gak tau apa deperesi berlebihan yang di alami ibu hamil bisa sampai membuat keguguran?]

"Davina pengen pulang, ma. Pulang kerumah..." Davina menangis terisak. Sang ibu yang memeluk anaknya dengan erat itupun sama.

"Iya, Nak. Kita pulang."

"Pulang. Vina mau pulang, ma. Pulang kerumah."

"Iya, sayang, iya."

Khalista diam-diam keluar dari ruang rawat inap sambil menggenggam erat ponsel Davina.

Duduk di kursi tunggu, Khalista menghubungi sang suami.

"Halo, mi?"

Mendengar suara Alby, tangis Khalista lagi-lagi pecah, dia bahkan tidak bisa mengeluarkan satu patah katapun.

S2|| SYAQUEL: Perjalanan rumah tanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang