"Wang Yibooooo!" Sebuah teriakan melengking terdengar membahana di kediaman keluarga Wang.
"Ah berisik." Keluh yang dipanggil sambil menutupi telinganya dengan guling.
"Astaga Pah, lihat kelakuan anak kesayanganmu itu!" Adu Nyonya Wang pada suaminya.
"Tenang sayang, jangan teriak-teriak." Ujar Tuan Wang sambil mengusap telinganya yang berdenging karena teriakan istrinya barusan.
"Bagaimana aku bisa tenang?! Anak pemalas ini sudah kubangunkan sejak satu jam yang lalu tapi masih betah molor." Keluhnya. "Yang begini apakah bisa dijadikan contoh bagi para bawahannya di kantor?"
Wang Yibo, 25 tahun. Pria dengan paras kelewat tampan yang kini sudah mendampingi sang ayah kemanapun untuk persiapannya sebagai pewaris Wang group. Namun rupanya jalannya masih cukup panjang dan berliku. Meskipun Wang Yibo begitu pandai mengurus perusahaan dan sangat disegani di kantornya tetapi berbanding terbalik dengan sikapnya saat berada di rumah. Wang Yibo berubah menjadi mahkluk manja dan tidak bisa mengurus diri sendiri.
"Ambilkan air saja." Jika dengan berbagai cara sudah tak mempan untuk membangunkan Yibo, maka Tuan Wang lah yang turun tangan.
Nyonya Wang mengangguk dan segera menyiapkan seember air dari kamar mandi. "Cukup seember? Apa perlu kutambah?"
"Satu ember dulu saja, kalau tidak bangun nanti tambah lagi." Jawab Tuan Wang santai.
Setelahnya pasangan suami istri tersebut dengan kompak mendekati ranjang sang putra dengan membawa seember air,
Byuuuuurrr
"Aaaahhh sialan apa-apaan ini!?" Wang Yibo segera bangun terduduk sambil mengusap wajahnya. Kini ia bisa merasakan dingin pada tubuhnya yang sudah basah kuyup serta ranjangnya yang ikut menjadi korban. Bajunya mencetak jelas otot-otot perutnya yang terbentuk sempurna. "Mama kok tega sekali!" Protesnya tak terima.
"Jangan salahkan Mama, itu ide Papamu." Nyonya Wang mengangkat bahu lalu berlalu meninggalkan putra malangnya. "Oh iya, cepatlah bersiap sebelum terlambat masuk kantor. Kau harus jadi contoh yang baik sebagai atasan!" Bentaknya membuat Yibo menciut takut.
Tuan Wang hanya menggeleng lalu pergi mengikuti langkah istrinya.
"Apakah aku benar-benar anak kandung kalian? Bukan anak pungut?" Yibo mengusap rambutnya yang basah. Padahal ia berniat tak keramas hari ini karena malas, tapi apa boleh buat.
.
.
"Pa, apa sebaiknya kita carikan calon istri saja untuk Yibo?" Usul Nyonya Wang pada sang suami.
Ck, Yibo hanya berdecak malas mendengarkan topik pernikahan yang lagi-lagi dibahas oleh ibunya. Pemuda itu melanjutkan aktivitas sarapannya tanpa menggubris perkataan ibunya.
"Yibo kan sudah dewasa sayang, dia bisa mencari calon istrinya sendiri." Jawab Tuan Wang tanpa mengalihkan pandangannya dari koran yang dibacanya.
"Tapi Paa, bagaimana kalau aku sudah tiada nanti? Siapa yang akan mengurusnya kalau begitu."
Yibo terbatuk mendengarnya, "Mama bicara apa sih, Mama tentu saja masih sehat bahkan sampai aku punya cucu nantinya."
"Haish kau ini, Mama kan hanya mengkhawatirkan masa depanmu."
"Sudah sudah." Tuan Wang menengahi. "Oh ya Yibo, jangan lupa hari ini kau menggantikan Papa menghadiri pertemuan dengan Tuan Xiaoming di kediamannya."
"Aku tidak lupa Pa, tapi kenapa harus aku? Kenapa bukan sekretaris Zhu?" Protesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Symphony [Yizhan] END✔️
FanfictionXiao Zhan terkurung dalam sangkar emas karena obsesi sang ayah tiri padanya. Wang Yibo jatuh cinta pada Xiao Zhan saat mereka pertama kali bertemu pandangan mata. Dan beruntungnya ia ketika Xiao Zhan membalas perasaannya sama besarnya.