Liu Yifei bersandar pada pintu kamar dan mengamati pemuda manis yang tengah sibuk menata sprei di atas kasur yang akan digunakan oleh gadis itu nantinya. Sedangkan Yibo yang awalnya hendak membantu Xiao Zhan membereskan kamar, terpaksa pamit duluan karena Nenek Hong memanggilnya ke belakang untuk memperbaiki pipa air yang mendadak bocor.
Tatapan gadis itu menilai Xiao Zhan dari ujung rambut hingga ujung kaki, 'Sebenarnya apa yang istimewa dari bocah itu sampai-sampai Bobo bisa tergila-gila padanya?' Sungutnya dalam hati. Yifei membandingkan dengan penampilannya dari bayangan yang terpantul oleh kaca lemari, 'Apakah Yibo sudah rabun? Padahal jelas-jelas aku lebih cantik dan sexy.' Seringainya meremehkan.
"Jie, tempat tidurnya sudah selesai kubereskan," Xiao Zhan menoleh padanya dan tersenyum kecil, "selimutnya ada di dalam lemari." Tunjuknya pada sebuah lemari kecil di sudut ruangan.
"Huh? Kenapa tidak kau ambilkan sekalian, sih?" Protes Yifei. Bukankah sebagai tamu, sudah sepatutnya ia dilayani dengan sepenuh hati?
Xiao Zhan agak terkejut, tetapi ia segera beranjak dan mengambil selimut dari dalam lemari, lalu menepuk-nepuk kain tebal itu agar tidak ada debu yang menempel. Ia meletakkan selimut tersebut dengan hati-hati di atas ranjang.
"Sudah Jie. Kalau begitu permisi, silahkan Jiejie beristirahat di sini." Pamitnya pelan. Entah mengapa, Xiao Zhan merasa segan tiap kali gadis cantik itu mengawasinya.
Yifei mencekal lengan Xiao Zhan yang hendak keluar dari kamar tersebut, "Tunggu. Masih ada yang ingin kubicarakan denganmu."
Xiao Zhan sontak berhenti dan berbalik menghadap sosok yang menahannya, "A-ada apa, Jie?" Tanyanya hati-hati. Bagaimanapun, Xiao Zhan tak dapat menampik perasaan inferior saat berhadapan dengan Yifei. Wanita itu jelas lebih dewasa dibanding dirinya, dan yang terpenting, Liu Yifei dan Wang Yibo telah saling mengenal sejak lama. Jauh sebelum Xiao Zhan masuk dalam kehidupan Wang Yibo.
Yifei mendelik tak suka pada ekspresi polos Xiao Zhan, "Bocah, kau jangan bertingkah seolah tak tahu apa pun," sergahnya tak suka.
Xiao Zhan ingin menyuarakan pertanyaan-pertanyaan dalam kepalanya, namun ia tak berani, dan terpaksa menelannya kembali.
"Apa kau masih tidak sadar juga, kalau keberadaanmu hanyalah beban bagi Yibo."
Xiao Zhan menunduk dan meremat kedua tangannya. Ia sadar, bahkan sangat sadar bahwa dirinya memang tak berguna dan hanya bisa menyusahkan Yibo. Hanya saja, Xiao Zhan tak pernah menyuarakan pemikiran itu karena terlalu takut Yibo akan pergi meninggalkannya. Xiao Zhan merasa sangat egois sekarang, seharusnya ia tidak terbawa oleh perasaan dan menolak Wang Yibo sejak awal, sehingga lelaki itu tidak ikut terseret ke dalam masalahnya.
Yifei memandang tajam lelaki manis di hadapannya, "kau menghancurkan nama baiknya beserta reputasi Paman dan Bibi! Asal kau tahu, rumah keluarga Wang digeledah seenaknya oleh ayahmu beserta para polisi. Saham perusahaan mereka bahkan turun drastis dalam sebulan belakangan."
"A-apa?" Xiao Zhan balas menatap Yifei nanar, suaranya gemetar. Tak percaya bahwa semua kekacauan itu besumber dari dirinya sendiri. Xiao Zhan berharap bahwa apa yang didengarnya barusan tidaklah benar.
"Ah, kau pastinya tak akan peduli dengan semua itu. Karena yang kau pedulikan hanyalah dirimu sendiri, benar kan?" Jemari lentiknya menunjuk pada wajah pucat remaja di depannya, kian memupuk rasa bersalah di lubuk sanubari pemuda itu.
"A-aku—" Xiao Zhan tak bisa menyangkal apa pun. Netra bulatnya bergerak liar saat otaknya mencerna fakta pahit yang Yifei lontarkan padanya.
"Apa? Katakan dengan benar! Bagaimana kau akan bertanggung jawab atas semua ini, Bocah?!" Bentaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Symphony [Yizhan] END✔️
FanfictionXiao Zhan terkurung dalam sangkar emas karena obsesi sang ayah tiri padanya. Wang Yibo jatuh cinta pada Xiao Zhan saat mereka pertama kali bertemu pandangan mata. Dan beruntungnya ia ketika Xiao Zhan membalas perasaannya sama besarnya.