Wang Yibo meneguk sebotol air mineral di tangannya hingga isinya tandas dalam sekejap. Netra tajamnya kembali mengawasi sang kekasih yang masih terbaring di ranjang dengan tatapan protektif.
Tok tok
"Ya Nek, masuklah."
Seorang wanita tua dengan senyum hangatnya masuk membawakan sebuah nampan di tangan. "Jangan khawatir, dia sudah mendapatkan pertolongan yang tepat." Ujarnya sambil meletakkan nampan berisi makanan di atas meja nakas. "Dokter di desa kami tidak kalah hebat dengan dokter yang ada di kota. Sebelum pensiun, dia bekerja di sebuah rumah sakit besar." Ceritanya bangga.
Yibo tersenyum tipis. "Aku tidak meragukan kemampuannya."
Sungguh sangat kebetulan, bahwa sang nenek pemilik rumah ini ternyata mengenalinya. Wanita yang memperkenalkan diri sebagai 'Nenek Hong' tersebut ternyata pernah bekerja sebagai pelayan di kediaman Wang sejak mendiang kakek Wang Yibo masih hidup. Saat itu Nenek Hong memasuki umur pensiun ketika usia Yibo baru genap tujuh tahun. Itulah mengapa Nenek Hong langsung mengenalinya begitu dia melihatnya.
Nenek Hong mengangguk maklum, "Aku akan minta dokter untuk sering-sering datang mengontrol keadaannya, agar kekasih kecilmu cepat bangun."
"Te-Terima kasih Nek, aku berjanji akan membalas kebaikan Nenek." Telinga lelaki itu memerah saat mendengar panggilan 'kekasih kecil' dari si nenek.
"Tidak-tidak, kakekmu sudah sangat banyak membantu hingga semua putra Nenek bisa menyelesaikan kuliah dengan lancar." Tolaknya. "Tuan Wang memang orang yang sangat dermawan." Kenangnya.
Yibo mengangguk setuju. Mendiang kakeknya memang sangat baik pada orang-orang di sekitarnya. Bahkan buah kebaikannya pun dapat menyelamatkan Yibo yang tanpa sengaja bertemu Nenek Hong, pelayan yang pernah ditolongnya. Dan kini Nenek Hong bersedia membantunya dengan sukarela.
.
.
Xiao Zhan sudah tertidur selama tiga hari. Yibo dengan telaten menyeka badannya menggunakan air hangat dan mengganti baju Zhan dengan pakaian bersih milik cucu Nenek Hong. Karena dokter sudah melakukan transfusi darah dan menjahit luka di tangannya, Yibo tinggal mengganti perbannya secara rutin. Sehari dua kali dokter akan datang untuk mengganti cairan infus.
"Zhanzhan, lekaslah sembuh." Yibo mengecup ringan kening Zhan. Lalu beranjak keluar dari kamar.
Beberapa hari ini, Yibo berinisiatif untuk membantu pekerjaan Nenek Hong, seperti membersihkan rumah sederhana yang ternyata lumayan luas ini, ataupun berkebun di halaman belakang. Nenek Hong sebenarnya telah melarang, namun Yibo tetap bersikeras karena Nenek Hong telah banyak membantunya, lagipula ia tak ingin hidup menumpang secara gratis. Bisa jatuh harga dirinya sebagai lelaki idaman di kota Beijing nantinya.
Siang itu, matahari bersinar terik membakar kulit putihnya yang terbiasa bekerja di dalam ruangan. Aktivitasnya menyirami pupuk terpaksa berhenti saat Nenek Hong tergopoh-gopoh menghampirinya.
"Ada apa, Nek?"
"Zhanzhan sudah sadar!"
Yibo segera melepas sarung tangan kotornya dan bergegas berlari ke dalam rumah, meninggalkan sang nenek yang masih terbengong melihat kecepatan lari anak itu.
"Anak muda jaman sekarang memang tenaganya tidak main-main." Nenek Hong menggelengkan kepalanya.
.
.
"Zhanzhan!" Yibo menerobos masuk ke dalam kamar dan mendapati Xiao Zhan yang sudah terduduk di ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Symphony [Yizhan] END✔️
FanfictionXiao Zhan terkurung dalam sangkar emas karena obsesi sang ayah tiri padanya. Wang Yibo jatuh cinta pada Xiao Zhan saat mereka pertama kali bertemu pandangan mata. Dan beruntungnya ia ketika Xiao Zhan membalas perasaannya sama besarnya.