"Zhanzhan sayang, kau tidak keberatan kan kalau Mama menikah?"
"Xiao Zhan, kami menyesal pernah berteman denganmu!"
"Di dunia ini kau hanya memilikiku Zhan. Kau hanya bisa bergantung padaku."
Xiao Zhan berusaha membuka matanya yang terasa berat. Ketika kedua kelopak indahnya berhasil terbuka, Xiao Zhan menemukan dirinya tengah berbaring di kamar asing yang bukan miliknya. Tubuhnya lemas dan kepalanya sangat pusing. Keringat dingin mengalir di pelipis karena mimpi buruk yang ia alami barusan.
"Zhan, kau sudah bangun?"
Xiao Zhan menoleh dan mendapati Wang Yibo yang berbaring di sebelahnya. Sangat jelas kalau pria itu kurang tidur dilihat dari kantung matanya yang gelap.
"Wangyi— ehmm..." Xiao Zhan mencoba berdehem karena dirasa tenggorokannya kering dan perih.
"Minumlah dulu." Yibo dengan sigap mengambilkan segelas air dan membantunya duduk. "Zhanzhan, kau ada di kamarku, tidak usah takut. Kelihatannya tadi kau bermimpi buruk."
Setelah menghabiskan segelas besar air putih, Xiao Zhan mengelap bibirnya. "Obatku." Pintanya dengan suara serak.
Yibo menyerahkan kantong kertas berisi obat-obatan. "Dokter kami yang meresepkannya."
"Bu-Bukan, obatku, ada di dalam tasku."
"Oh?" Yibo mengambil tas selempang milik Xiao Zhan yang disimpannya kemarin, lalu menemukan sebuah botol kecil bersampul polos di dalamnya. "Ini?" Yibo memberikannya pada sang pemilik.
"Terimakasih." Xiao Zhan menuangkan kapsul di dalamnya dan segera menelannya tanpa air. Setelah itu bernafas lega karena tubuhnya kini sudah jauh lebih rileks dan tenang. Hal tersebut tak luput dari perhatian Wang Yibo di sampingnya.
"Itu bukan obat penurun demam." Heran Yibo.
"Oh? ini obat dari psikiaterku." Jelas Xiao Zhan. Seharusnya ia tak mengatakan hal ini pada Wang Yibo, tapi entah mengapa dirinya tak dapat mengontrol kalimat yang keluar dari mulutnya. Mungkin karena merasa terlalu rileks? "Harus meminumnya, agar Zhanzhan tenang— setiap mimpi buruk datang." Racaunya tak jelas seiring kantuk yang kembali menguasai.
"Zhan?" Yibo menatap Xiao Zhan keheranan. Mata bulat remaja manis itu kini terlihat sayu, Xiao Zhan menguap kecil beberapa kali. "Apakah Xiaoming yang membawakan psikiater itu untukmu?"
"Bagaimana Wangyi bisa tau?" Tanya Xiao Zhan pelan, netranya sudah setengah menutup. Sepertinya ia tengah bertanya pada dirinya sendiri. Tak lama kemudian pemuda itu sudah sepenuhnya terpejam kembali dan tertidur pulas.
Setelah memastikan Xiao Zhan tak akan terbangun, Yibo mengambil botol obat itu dan mengamatinya. Namun nihil, karena tidak ada petunjuk apapun mengenai komposisinya. Dibukanya tutup botol tersebut dan terlihatlah isinya yang sudah berkurang separuh. "Sepertinya Zhanzhan rutin mengkonsumsinya. Tapi obat ini sangat mencurigakan."
Yibo kemudian mengambil ponselnya dan mendial nomor seseorang yang dirasa bisa menjawab rasa penasarannya, "Halo Kuan ge." Sapanya begitu telepon telah tersambung. "Ya ge, sebenarnya aku ingin meminta tolong padamu untuk meneliti sebuah obat."
"..."
"Di laboratorium milik ayahmu atau di laboratorium rumah sakit?"
"..."
"Baiklah, terimakasih ge. Kalau bisa secepatnya."
.
.
"Bi— eh Mama, Zhanzhan pamit pulang." Xiao Zhan berpamitan terburu-buru. Kepanikan jelas terlihat dari raut wajah imutnya.
"Zhanzhan, bukankah kau masih sakit? Istirahatlah di sini sehari lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Symphony [Yizhan] END✔️
FanficXiao Zhan terkurung dalam sangkar emas karena obsesi sang ayah tiri padanya. Wang Yibo jatuh cinta pada Xiao Zhan saat mereka pertama kali bertemu pandangan mata. Dan beruntungnya ia ketika Xiao Zhan membalas perasaannya sama besarnya.