"Lihat saja Xiao Zhan, aku tak akan membiarkanmu mendapatkan Yiboku," Yifei meremat ponsel di genggamannya kesal, matanya memandang kosong pada jalanan di balik jendela mobil yang dinaikinya. "dan Bobo, maaf jika aku harus membawamu kembali dengan cara paksa."
.
.
Sore ini langit dihiasi oleh awan hitam yang siap mengguyurkan hujan deras kapan saja, terlihat dari rintik kecil air yang mulai turun menyapa tanah. Angin kencang membuat setiap orang enggan ke luar dari bilik hangat mereka. Namun, berbeda dengan pemuda tampan bermarga Wang yang saat ini justru menemukan kesempatan bagus untuk berkeliaran di luar, meskipun masih harus menghindari intaian CCTV.
Seperti biasa, Wang Yibo mengenakan hoodie hitam lusuh dengan penutup kepala dan masker untuk menutupi wajahnya. Ia terpaksa keluar untuk membeli keperluan yang tidak sempat terbeli karena insiden siang tadi. Langkahnya bergerak cepat menyusuri gang kecil di sebuah komplek kumuh, menuju sebuah toko kelontong yang berada di dekat sana.
Tiba-tiba pendengaran tajamnya menangkap suara langkah kaki yang bergerombol. Insting untuk melindungi diri segera aktif, ia mempercepat langkah dan berlari menjauh, memasuki belokan-belokan sempit di komplek tersebut.
"Berpencar!" Seru sebuah suara.
Terjebak di situasi genting, tak lantas membuat Wang Yibo panik. Ia melompati sebuah pagar ketika dirasa ada langkah kaki yang mendekat. Kemudian saat mereka sudah menjauh, Wang Yibo segera keluar dari persembunyiannya dan berlari kembali.
Sejauh ini Wang Yibo yakin jika mereka bukanlah polisi, dilihat dari pakaian tak berseragam yang dikenakan, mungkin mereka adalah anak buah utusan Xiaoming. Yibo mendecih kesal, mengapa Xiaoming bisa menemukannya secepat ini? Bahkan mendahului informasi yang diterima oleh kepolisian.
Dirasa sudah jauh berlari, Wang Yibo menoleh ke kanan dan ke kiri dengan napas terengah. Hanya ada senyap yang diwarnai oleh suara rintik hujan. Tidak ada satu pun pejalan kaki di sana. Jelas saja, siapa yang mau berjalan-jalan di tengah perkebunan rimbun saat cuaca buruk seperti ini? Kecuali Wang Yibo tentunya, itu pun karena terpaksa.
Pria itu melongok dan mendapati sungai berarus deras di depan sana. Di tengah-tengah kebimbangannya untuk mengambil arah, Yibo merasakan kepalanya dipukul keras menggunakan sebuah benda tumpul dari belakang. Tubuhnya limbung dan ambruk. Samar-samar, ia mendengar beberapa orang saling berdebat, hingga akhirnya kesadarannya menghilang sepenuhnya.
.
.
Wang Yibo membuka kedua kelopak matanya dan menemukan tangan serta kakinya terikat ke belakang. Tubuhnya digeletakkan begitu saja di tengah ruangan yang terlihat seperti gudang. Banyak debu di sana-sini, dan dinding yang sudah berjamur. Namun, ia yakin dirinya tidak sendirian di sini, pasti ada beberapa penjaga di luar sana.
Brakkk
Yibo menendang kursi di bawah kakinya hingga benda itu terlempar karena kesal. Tangan dan kakinya menggeliat berusaha membuka ikatan tali yang menyakiti indera peraba.
Belum lama sejak laki-laki itu berusaha melepaskan diri, pintu besi yang tertutup kini berderit terbuka, menampakkan seorang pria paruh baya dengan setelan hitam rapi, sangat berbeda dengan dirinya yang terlihat kusut dan kumal.
"Kau sudah bangun rupanya."
Netra tajam keduanya saling beradu pandang, tak ada yang mau mengalah.
"Sudah kuduga itu kau, Pak Tua." Cibir Yibo meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Symphony [Yizhan] END✔️
FanfictionXiao Zhan terkurung dalam sangkar emas karena obsesi sang ayah tiri padanya. Wang Yibo jatuh cinta pada Xiao Zhan saat mereka pertama kali bertemu pandangan mata. Dan beruntungnya ia ketika Xiao Zhan membalas perasaannya sama besarnya.