"Cepat geledah rumah ini dan pastikan jangan ada satu pun ruangan yang terlewat!" Titah Huang Xiaoming pada seorang kapten polisi.
Nyonya Wang menatap tak percaya pada sekumpulan polisi berseragam yang masuk ke dalam rumahnya tanpa permisi dan dengan lancang mengacak-acak setiap sudut ruangan yang mereka masuki. Tuan Wang memeluk istrinya dan mengelus lengannya menenangkan, tak terbersit ketakutan sedikit pun karena ia yakin bahwa keluarganya tidak bersalah. Justru dirinya geram pada Huang Xiaoming yang berlaku seenaknya menggeledah rumah miliknya dengan mengabaikan prosedur resmi. Tak ada surat penggeledahan yang bisa ia tunjukkan.
"Tuan Xiaoming, sebaiknya Anda jangan melewati batasan." Tegur sang kepala keluarga Wang.
Rumah besar yang mereka pijaki kini terlihat seperti habis diterpa badai. Banyak pajangan yang hancur, serta beberapa benda besar, seperti sofa dan meja, sudah jungkir balik tak pada tempatnya lagi. Sungguh sangat menyalahi prosedur penggeledahan.
Huang Xiaoming menuding wajah Tuan Wang dengan berang, "Kau tinggal katakan saja dimana keberadaan putramu, dan semuanya akan menjadi lebih mudah!"
Tuan Wang menghela napas dan menggeleng.
"Suruh bocah itu untuk mengembalikan putraku padaku, Tuan Wang," tuntutnya marah, "aku tak akan memaafkan kalian jika sampai putramu menyakiti Zhanzhan di luar sana!"
Nyonya Wang seketika naik pitam, ia melepaskan rengkuhan suaminya dan tiba-tiba mendorong Xiaoming, "Kau yang selama ini menyakiti Zhanzhan! Putraku hanya melindunginya dari perbuatan bejatmu yang tak bermoral!" Bentaknya dengan suara melengking.
Xiaoming mengusap telinganya yang berdenging dan mendecih, "Apa kau punya bukti, huh?" Ujarnya meremehkan, "Jangan asal bicara, Nyonya Wang. Aku bisa menuntutmu atas pencemaran nama baik."
"KAU—" Nyonya Wang yang hendak menyerang Xiaoming segera ditahan oleh suaminya. Matanya sudah memerah menahan air mata amarah. Cerita mengenai Zhanzhan yang ia dengar sendiri dari mulut putranya hari itu membuatnya tak sampai hati. Ia tak menyangka jika ada ayah tiri sebiadab Xiaoming. Membayangkan Xiao Zhan yang selama ini terkurung di bawah satu atap yang sama dengan manusia tak berperasaan itu membuatnya menangisi nasib anak malang tersebut.
"Huang Xiaoming, tunggulah sampai kau mendapatkann balasan setimpal atas dosa-dosamu." Lirihnya tanpa daya.
.
.
Satu bulan kemudian.
Liu Yifei turun dari mobilnya sambil menenteng beberapa kantong kresek besar pada kedua tangan langsingnya. Sang sopir segera meluncur pergi setelah menerima perintah dari gadis cantik itu.
Kemudian, Liu Yifei berjalan masuk pada gang sempit di sebuah desa kecil. Gang itu tidak muat jika dilewati oleh kendaraan beroda empat, oleh karenanya, Yifei menyuruh sopirnya agar menunggu di tempat lain terlebih dahulu. Ia terus berjalan, mengabaikan pandangan heran maupun terpesona dari beberapa laki-laki yang berpapasan dengannya. Maklum saja, karena pakaian modis yang terkesan minim bahan dan wajahnya yang cantik bak aktris ibu kota sangatlah kontras dengan lingkungan sederhana di desa itu. Wajar jika kehadirannya mencuri banyak perhatian.
"Permisi, apa Anda tahu di mana rumah Nenek Hong?" Tanya Yifei pada seorang pemuda di pinggir jalan, seraya menurunkan kaca mata hitam yang dipakainya guna melindungi penglihatannya dari terik sinar matahari siang.
Pemuda polos itu terperangah, tak percaya gadis cantik itu sedang berbicara padanya, "O-ohh, rumah Nenek Hong ada di sana." Tunjuknya pada sebuah rumah dengan halaman yang terbilang luas.
"Ah, terima kasih." Ujar gadis itu sambil berlalu, meninggalkan pemuda tadi yang sekarang sudah tersenyum lebar dengan pipi semerah tomat.
Di depan gerbang, saat Yifei hendak membunyikan lonceng untuk tamu, ia mendengar suara gemerisik sapu lidi yang sedang beradu dengan tanah. Matanya mengintip ke dalam dan mendapati seorang pemuda manis tengah menyapu halaman rumah. Kemudian, Yifei sontak menyembunyikan diri saat melihat seseorang yang dicarinya keluar dari pintu rumah menghampiri si pemuda tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Symphony [Yizhan] END✔️
FanfictionXiao Zhan terkurung dalam sangkar emas karena obsesi sang ayah tiri padanya. Wang Yibo jatuh cinta pada Xiao Zhan saat mereka pertama kali bertemu pandangan mata. Dan beruntungnya ia ketika Xiao Zhan membalas perasaannya sama besarnya.