4. Minimarket

880 124 3
                                    

Mahen yang sedang duduk di ruang tengah sambil mengerjakan tugas dilaptopnya mendengar suara motor memasuki garasi. Sudah pasti itu Jeno, siapa lagi pikirnya.

Jeno memasuki rumah "Gue pulang."

"Tumben udah pulang" Sahut Mahen melihat Jeno yang langsung membaringkan diri di sofa.

"Eh enggak deh gue ralat pertanyaan gue, tumben pulang?"

Jeno berdecak sebal "Ck bacot, capek gue cok habis bersihin gudang sekolah" Kedua mata Jeno kini tertutup.

"Gudang yang dibelakang itu?"

Jeno mengangguk mengiyakan setelah mengingat Mahen juga bersekolah di SMA yang sama dulu.

"Wow luas banget dong, sendirian lo?"

Jeno menggeleng "Sama anak setan."

"Eitsss bahasa lo, awas aja kalo lo pake bahasa gitu buat kirim surat ke adek!"

"Enggak lah" Jeno membuka matanya menatap sang kakak penuh harap.

Yang ditatap merasa risih "Apaan dah?"

"Beliin gue koyo dong bang, pegel nih gak kasian apa?"

"Yaelah males gue besok deadline nih tugas kuliah gue" Mahen menjawab tanpa berpaling dari laptopnya.

"Awas aja nanti gue bilangin adek kalo lo gak peduli sama gue" Jeno kembali memejamkan matanya kali ini kedua tangannya ia lipat di dada.

"Anceman lo Jen, iya iya gue beliin. mau nitip apa lagi lo?"

"Makanan apa aja deh terserah, laper gue."

"Oke" Mahen bergegas mematikan laptopnya lalu mengambil hoodie dan berangkat ke mini market.

Sampai di minimarket Mahen segera masuk dan mencari pesanan adiknya.

Saat sedang memilih koyo yang akan dibeli Mahen mendengar anak di sampingnya yang kebetulan juga memilih koyo berdecak kesal.

"Ck, dasar stres! badan aja gede kerja dikit gak guna banget emang si Jeno bangsat."

"Uhuk" Mahen yang sedang memakan permen tersedak, beruntung tidak sampai tertelan. Ia terlalu terkejut mendengar anak kecil sangat pintar menggunakan bahasa kasar dan apa Jeno yang dibicarakan adalah adiknya?

Bayu yang baru menyadari ada orang di samping nya juga terkejut dan langsung meminta maaf.

"Eh maaf kak maaf, bukan ke kakak kok" Bayu beberapa kali menepuk mulut nya yang tidak tau tempat jika berbicara itu.

"Ee-e lain kali dijaga ya dek omongannya, gabaik itu" Mahen tersenyum kaku takut anak di hadapannya merasa tidak nyaman.

"Ehehe iya kak"

"Kalo boleh tau kamu SMP mana dek?"

"Gue SMA kak hehe" Dalam hati Bayu mengutuk orang di hadapannya, bisa bisanya dia dibilang anak SMP.

"Ouh gitu ya kirain, maaf ya dek."

"Iya gapapa kak, Gue duluan ya kak permisi"

Mahen mengangguk kemudia teringan ia lupa menanyakan Jeno mana yang anak tadi bicarakan. Karena sudah terlanjur Mahen akhirnya bergegas pulang.

"Woy bangun nih koyo nya" Mahen memberikan bungkusan berisi koyo dan camilan yang tadi ia beli pada Jeno yang sepertinya sudah tertidur di sofa.

Jeno mengucek matanya yang sedetik kemudian bersinar melihat camilan kesukaannya "Wih ma makasima bro"

"Wah sumpah gue schok banget Jen" Mahen mendudukan bokongnya di sofa samping Jeno.

"Tadi ada bocil di minimarket kata katanya gilaaaaa."

"Gimana emang?"

"Ya gitu lah kasar aja."

"Kaya lo gapunya kaca aja bang" Jeno membuka salah satu camilan dengan tidak sabar.

"Yaa tapi dia bocil Jen lo bayangin aja. Tapi dia bilang SMA sih tapi masa sih?ga percaya gue muka nya bocil banget tapi emang tinggi sih."

"Tapi tapi mulu lo, udahlah bang bocil jaman sekarang emang gitu" Jeno memambil air di meja dan meminumnya.

"Oh iya dia juga bilang lu setan katanya Jen"

BYURRRRR

Air dalam mulut Jeno membuyar keluar saking terkejutnya.

"Najis jijik banget lo Jen sumpah" Mahen menatap Jeno sebal dia kembali mengambil laptop untuk melanjutkan tugasnya.

"Tapi gue gatau sih Jeno yang dia maksud lo atau bukan"

"Tunggu bang lo bilang bocil kan?kasar? bilang gue setan? wah udah fiks si Bayu sih" Jeno mengepalkan tangannya erat.

"Bayu siapa?" fokus Mahen beralih pada Jeno.

"Anak setan yang gue bilang tadi bang, yang dihukum bareng gue."

"Ini gimana si, dia bilang lo yang setan tapi lo bilang dia yang setan."

"Dia yang setan bang sumpah deh lo harus percaya sama gue, nih lo liat rambut gue yang selalu paripurna jadi gini gara gara dia jambak anjir."

"Pfttt sumpah? lo? Jeno? dijambak?" Mahen tertawa lepas membayangkan Jeno dijambak, apalagi oleh bocil.

"Malah ketawa, serius bang dia serem banget jangan ketipu sama muka bocil polosnya. Dia tadi bilang nanti bukan rambut gue yang dia tarik tapi lidah gue trus dia gunting sampe buntung."

"Padahal harusnya lidah dia yang digunting orang bahasanya jelek gitu, kesel gue" lanjutnya.

"Ga ngaca lo Jen Jen" Ucap Mark yang kini tawanya mereda mengingat tugas belum juga ia lanjutkan.

"Untung si Bima ga gitu" Jeno jadi ingat pada si bungsu Bima "Ngomong- ngomong soal si Bima, lu mau ketemu dia ga sih bang?" Jeno mengalihkan topik pembicaraannya.

"Mau lah, lo ada terima surat dari dia lagi gak?"

Jeno menggelengkan kepalanya "Nggak, terakhir dia kirim surat 2 minggu lalu, yang kita baca bareng bareng itu."
















Bima Or BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang