Setelah kemarin mengurung diri seharian di dalam kamar karena belum siap keluar untuk menjalani hari hari seperti biasanya, Bima kini berada di meja makan keluarga atas bujukan Mahen.
"Bima mau makan apa? hm?" Tanya Jae lembut.
"Udah, ini aja cukup kok" Jawab Bima melihat roti selai coklat di piringnya.
"Kalo mau apapun bilang sama abang ya" sahut Mahen yang duduk tepat di depan Bima. Bima mengangguk mengiyakan.
"Jeno belum turun juga pah?" Tanya Mahen yang sedari tadi menunggu kehadiran Jeno.
"Bentar lagi tadi udah pa- nah tuh udah turun" Ucap Jae melihat Jeno yang baru saja turun dari tangga.
"Sarapan dulu Jen"
Menyadari keberadaan Bima membuat Jeno memutar bola matanya malas "Jeno duluan, sarapan di sekolah"
Mahen yang mengingat Jeno dan Bima sekolah segera membuka suara "Bareng sama Bima aja Jen."
"GAK!" tolak Jeno dan Bima bersamaan.
Jae terkejut, baru bertemu keduanya sudah terkoneksi. Tapi yang paling mengejutkan adalah sikap keduanya yang terlihat malas untuk saling berhadapan, bahkan sekedar menyapa-pun tidak. Seingat Jae, Jeno dan Bima sama dekatnya dengan Mahen dan Bima.
"Kenapa?" Tanya jae melihat Jeno dan Bima bergantian.
Jeno menggendikan bahunya lalu pergi begitu saja.
"Bima mau bareng sama bang Mahen aja, searah kan bang?" Bima beralih menatap Mahen.
Mahen mengangguk mengiyakan "Kalo gitu habisin makannya terus tunggu di mobil ya, Abang ngambil barang ke kamar dulu"
•••
Setelah berbicara mengenai permintaannya yang sangat penting pada Mahen di mobil tadi saat dalam perjalan, Bima kini memasuki gerbang sekolah mendapati seseorang yang sedang menatapnya tajam.
Jeno. Sepertinya dia memang sengaja menunggu Bima di parkiran karena begitu melihat Bima berjalan, Jeno segera menghampiri dan menghalangi langkah Bima.
"Gue gak mau basa basi" Jeno memasukan kedua tangannya pada saku celana lalu melempar tatapan tajam "Jangan coba coba lo bilang ke siapapun kalo lo adik gue!"
Bima menaikan ujung bibirnya tak percaya. "Siapa juga yang mau seluruh dunia tau kalo lo itu Abang gue?"
"Jangan bacot deh, awas aja gue bakal terus ngawasin lo."
Jeno kemudian bergegas meninggalkan Bima yang sedang kesal setengah mati.
.
.
.
Sejak bel istirahat kedua berbunyi beberapa menit lalu Bima, Ayen, Lele dan Terry masih berada di dalam kelas atas permintaan Bima yang tidak mau pergi kemanapun walau sekedar ke kantin. Berjaga jaga mengingat perkataan Jeno tadi pagi.
"Kenapa si lo gamau ke kantin?" Tanya Lele pada Bima atau yang masih mereka kenal sebagai Bayu.
"Tau nih, lama kalo nunggu si Wahyu" timpal Ayen.
"Lagian nih ya, kalian tau sendiri kan si Wahyu itu kagak tau diri kalo ketitipan" tambahnya.
Terry yang sedari tadi diam cukup kesal untuk menahan kesabaran agar tidak menyumpali mulut temannya satu persatu "Bukannya kita yang gatau diri ya? Udah nitip, banyak, protes pula."
"Iya juga sih"
"Iya iya mulu lo Le, jangan jangan kalo si Terry ngajak mandi bareng lo iya-in juga lagi."
"Emang" Jawab lele santai.
"Ih najis anying" Terry yang disebut namanya oleh Ayen bergidik ngeri.
Bima sedari tadi hanya melamun. Menimang nimang harus memberi tahu teman teman tentang identitas aslinya atau tidak.
Puspa sang ketua kelas yang sejak tadi mendengar pembicaraan para budaknya di kursi belakang berdiri dari duduknya. "Gini nih kalo punya rakyat LGBT, pembahasannya beuhhh"
"Apaan tuh?" tanya Lele menirukan suara Dilan cepmek.
"Kamu nanya pembahasan kita apa?" Ayen mengikut lele menirukan suara yang sedang viral di seluruh kalangan itu.
Puspa menggelengkan kepala tidak habis pikir "Stress"
"Heh Puspa, asal lo tau ya pacar gue tuh Jennie BP" Ayen berucap sambil membenarkan poni rambutnya.
"Cuih."
"Dasar biadab tidak beradab."
Pertengkaran Ayen dan Puspa berhenti setelah Jini yang sebelumnya pergi ke kantin bersama Wahyu memasuki kelas seorang diri.
Walau pada notabe nya Jini adalah seorang nolep + wibu abadi yang ketika ditanya cuma ngangguk ngangguk males doang tapi kalau lagi sama si Wahyu beda cerita.
"Tuh lo sama si Jini aja" Sahut Lele.
Jini hanya menatap Ayen aneh dan tidak suka, membuat lele tertawa melihat Ayen kalah sebelum perang.
Terry yang memang sedari tadi sudah lapar memberanikan diri bertanya.
"Wahyu mana?"
"Tuh lagi ngapel di kantin sama Bu ketos." Jawab Jini sinis, membuat yang lain kaget, bukan karena nada nya yang sinis tapi karena ia menjawab dengan beberapa kata tidak hanya ngangguk atau geleng geleng kepala saja.
Bima yang sudah lapar berdiri tidak terima. "Wah kurang ajar si Wahyu."
"Gebukin aja lah" Saran Ayen yang ikut berdiri dan menarik tangan Terry dan Lele agar ikut berdiri juga.
Persetan dengan ancaman Jeno yang Bima pedulian saat ini hanya makanan untuk bertahan hidup. Walaupun hidupnya juga terancam jika sampai bertemu Jeno.
[17/11/2022]
Fyi pas aku nulis part ini aku lagi kesel banget sama temen aku yang namanya Wahyu. Saking keselnya sampe aku pengen orang orang gebukin dia😭
Tapi kerena gak bisa yaudah, biar Bima dkk yang membalas dendam aku ahaha, aneh banget emang😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Bima Or Bayu
Fanfiction"kalo gue gamau? mau ngadu sama emak lo? hahaha" "Emak gue udah meninggal" #1 in beomgyu ( 11/11/2022) #4 in angst (22/12/2022) #5 in Jeno (16/11/2022)