6. Ngamuk ke papa

961 126 4
                                    

Jeno menutup pintu rumah dengan kasar. Mahen yang sedang memakan semangka di ruang tamu terkejut bukan main.

"Astaga kenapa si lo Jen?"

Bukannya menjawab Jeno malah balik bertanya "Papa udah pulang?"

"Udah tadi jam 10."

Entah memang umur Jae yang panjang atau hanya sebuah kebetulan, Jae muncul membawa sepiring potongan semangka yang ia beli di Jepang.

"Kenapa Jen?" Jae duduk di samping anak sulungnya setelah meletakkan sepiring semangka tadi di meja.

"Ini semua salah Papa!"

"Lohh?"

"Papa kan udah janji mau beliin Jeno sepeda keluaran terbaru itu. Papa telat, udah ada yang punya di sekolah"
Jeno berbicara dengan nada kecewa.

"Yaudah kenapa si kalo sama, gak bakal lo bawa ke sekolah juga kan" Kini Mahen yang bicara.

"Mau gue bawa pokoknya, tapi gue gamau sama" Jeno pergi menuju kamar, tak lupa pintu kembali ia tutup dengan keras.

"Kebiasaan tuh adek kamu, yaudah beliin sana."

"Ga ah Mahen ada kuliah sore sampe malem, Papa aja sana."

"Berani kamu nyuruh Papa!"

Mahen menggendikan kedua bahunya kemudian mengambil dua semangka sebelum berlari masuk ke kamar menghindari nasihat panjang sang Papa.

•••

Jam menunjukan pukul setengah tujuh kurang lima menit. Shaka sudah berada di depan rumah Bayu segera  setelah Bayu mengirimkan lokasi rumahnya.

"Magrib banget gak solat lo?" Tanya Bayu yang baru saja keluar dari rumah dan mengunci pintu.

"Gue Kristen ege."

"Sorry gatau gue, sama kalo gitu."

"Lah? terus ngapain lo istighfar waktu kemarin ketemu gue?"

"Lupa gue wkwk."

Bayu segera menaiki motor Shaka, dirasa sudah siap mereka pun berangkat.

Butuh sekitar 15 menit untuk sampai ditempat tujuan. Shaka menyuruh Bayu untuk memesan terlebih dahulu, ia berniat menitipkan motor di parkiran kampus karena di parkiran warung ayam bakar sudah penuh terlihat juga antriannya sangat panjang. Mungkin karena ayam disini sangat enak dan hanya buka di malam hari.

Di sisi lain Mahen yang berniat  mengambil kuliah sampai jam 9 malam memilih membatalkannya dan ikut mengantri memesan ayam bakar di depan kampus. Dia berdiri di belakang anak kecil berhodie abu.

Karena memang sifat nya yang super duper ramah, melihat anak di depannya berdiri tanpa didampingi orang tua membuat Mahen memberanikan diri bertanya.

"Sendirian dek? orang tuanya mana?"

Bayu berbalik kesal "Gue s- eh Kakak yang di minimarket ya?"

'dia lagi dia lagi kenapa setiap keluar malem gue ketemu dia si asu' batin Bayu

"Iya, Bayu ya?"

Bayu menatap Mahen bingung "kok tau? perasaan kita belum kenalan deh."

"Yaudah kenalan dulu, nama kakak Mahen"

"Bayu" Bayu menjabat uluran tangan Mahen.

"Ouh iya kakak ini Abang nya bang Jeno Kakak kelas kamu yang dihukum bareng itu." Papar Mahen.

Bayu melotot, shock bukan main. Jadi kemarin dia mengutuk Jeno didepan kakaknya? sulit dipercaya ternyata dunia memang sempit.

"Serius kak?"

"Iya hahaha, gak papa santai aja Kakak tau kok pasti Jeno yang salah dia emang gitu maafin ya kalo ganggu terus."

'kok beda banget ya' batin Bayu.

Bayu menggaruk kepalanya yang tak gatal "Maaf ya kak jadi gak enak nih."

"Eh gapapa asli, btw kamu ke sini sama siapa?" Mahen bertanya karena sepetinya Bayu keluar sendirian.

"Sama temen tapi kok ga balik balik ya, katanya mau nitip parkir motor di kampus."

"Ke toilet maybe?"

"Iya kali"

Setelah satu setengah jam mengantri pesanan Mahen akhirnya siap ia beniat makan di rumah. Mahen segera belari ke kampus mengambil mobilnya. Tadinya ia ingin berpamitan dengan Bayu namun sepertinya anak itu sudah pulang. Entah kenapa Mahen merasa memiliki ikatan batin dengan anak itu.

Baru beberapa saat menancap gas Mahen mengentikan mobilnya ketika melihat Bayu yang sepertinya masih menunggu seseorang di depan gerbang sekolah nya.

Mahen menurunkan kaca mobilnya " belum pulang Bayu?"

"Eh kak Mahen, belum kak temen Gue masih susah dikabarin."

"Pulang duluan kali ada urusan mendadak, di parkiran udah gaada siapa-siapa."

"Lo Kakak anterin aja ayok" Tawar Mahen.

"Eh gausah kak gapapa" Bayu benar benar merasa tidak enak sudah menjelek jelekkan adiknya masa sekarang minta nebeng pula.

"Rumah lo dimana?"

"Komplek dikrusari kak" Jawab Bayu.

"Sama dong ayo naik tidak terima penolakan"

Bayu akhirnya naik ke mobil Mahen. Dalam perjalanan tidak ada yang namanya sepi, karena Mahen orangnya ramah dan Bayu banyak bicara obrolan diantara keduanya tidak pernah putus. Bayu lucu, tidak seburuk yang Mahen pikirkan dan Jeno katakan.

"Lo kelas berapa?"

"kelas 11, kakak?"

"Kakak udah kuliah semester 3."

"Ouhhh, eh iya kak Kakak ini kan kakak nya kak Jeno yaa jadi kakak mau dong baku hantam sama Kakak aku?"

"Hah? gimana?" Mahen tidak mengerti maksud Bayu.

"Kan tadi siang Gue bilang punya kakak trus si kak Jeno juga bilang dia punya kakak. Nah kita mau aduin kakak kita."

"Loh kok gitu, yang punya masalah kalian kenapa yang disuruh berantem kakak kakaknya?"

"Ya gatau tanya aja sama adik nya kak Mahen"

"Okelah nanti Kakak tanya, ini rumah lo?" Mahen tersadar mereka sudah sampai.

"Nah iya kak makasi yaaa kak, kakak baik banget beda smaa adik nya hehehe."

"Eh iya lupaa ini kak buat kakak sebagai tanda terimakasih" Bayu memberikan satu bungkus ayam bakar pada Mahen.

"Gausah Kakak kan udah beli."

"Ya buat siapa aja gitu kak dirumah kakak dirumah aku gaada siapa siapa."

"Pada kemana emang?"

"Aku tinggal sendirian kak" Bayu tersenyum lalu membuka pintu mobil dan keluar. Mahen menurunkan kaca mobilnya.

"Hati hati ya Bayu makasi ayam nya" Mahen melambaikan tangannya lalu meninggalkan area rumah bayu.

"Kebalik ga sih? harunya gue yang bilang hati hati"

Bima Or BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang