28. Maaf

763 83 5
                                    

Bima terbangun dari tidurnya, matanya menatap sekitar yang terlihat berbeda dari biasanya. Ah tentu, ini kamar sang kakak. Bima yakin dia ketiduran disini semalam.

"Bimaa cepet mandii."

Teriakan Mahen dari bawah mengingatkan Bima jika hari ini ia masih harus bersekolah. Sedikit berat, mengingat hubungannya dengan Terry dan Ayen tidak begitu baik. Tapi bagaimanapun juga hari ini Bima akan bertekad untuk meminta maaf dan menjelaskan semuanya.

Puluhan menit berlalu, Bima sudah siap dengan segala atribut sekolah yang menempel di tubuhnya. Ia menuruni tangga menuju meja makan.

"Abang pada kemana Pah?" Tanya Bima heran karena hanya ada Jae disana.

"Udah pada berangkat duluan, katanya ada tugas" Jae berucap tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop.

"Yahhh, terus Bima gimana dong?"

"Kamu di anterin sama supir aja."

Bima menghela nafas, kemudian duduk di kursi samping Jae "Pah" panggil Bima.

"Apa?"

"Bima mau beli motor baru pake uang  tabungan Bima boleh?"

Jae menatap Bima kemudian tersenyum "Boleh, kenapa nggak."

"Tapi masih kurang, papah tambahin boleh gak pak?"

"Bolehh, apa si yang nggak buat anak lucunya Papah."

Jawaban Jae membuat Bima tersenyum sumringah. Bima menarik tas dari gendongannya lalu merogoh sesuatu di dalamnya.

"Taraaaaaa" Bima mengacungkan dompet lalu membukanya dan mengeluarkan semua uang tabungan yang ia sebutkan tadi.

"Nih Pah" Bima memberikan uang berjumlah 8.000 rupiah dengan 1 lembar uang 1.000 1 lembar uang 2.000 dan 1 lembar uang 5.000 rupiah.

Jae yang shock tetap menerima uang tersebut dengan tangannya, ia mematung beberapa saat sedangkan Bima masih mengulas senyum.

"....Adek nabung dari kapan?"

"Dari barusan hehe."

Jae menepuk jidatnya "Emang motor yang adek mau dikisaran berapa?"

Tidak langsung menjawab, Bima nampak berfikir "Eummm, delapan?"

"Delapan puluh juta?"

Bima menggeleng "Delapan ratus juta."

Jae tersenyum kemudian menatap uang yang tadi Bima berikan "Yaudah nanti Papah beliin."

"YESSSSSS. Oke Pah kalo gitu Bima berangkat dulu byee" Bima mengecup singkat pipi sang ayah.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sepertinya kebahagian tidak boleh dirasakan secara berlebihan itu memang benar, buktinya sekarang Bima malah terkena sial karena terlalu bahagia. Ia baru saja sampai di sekolah tepat setelah gerbang ditutup.

"Pak bukain dong pak plis" Bima memohon pada seorang satpam dihadapannya.

"Gak bisa, kamu telat 1 menit."

"Yaelah pak satu menit doang, ikhlasin aja ya pak?"

Belum sempat satpam tersebut menjawab pertanyaan Bima, seorang guru tiba tiba datang dan membukakan gerbang. Bima sangat bersyukur.

"Wahh, makasi banyak Bu."

"Sama-sama" Guru tersebut melempar senyum tak kalah manis dari Bima.

"Saya permisi Bu" Bima segera melangkah memasuki sekolah.

Bima Or BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang