Hari Minggu telah tiba. Itu artinya Joohyun bisa bersantai dengan tenang di rumahnya.
'Bersantai' bagi diri Joohyun tidak hanya berarti berleha-leha seharian di rumahnya. Baginya, bersantai bisa merupakan kegiatan yang mengalihkan dirinya dari betapa beratnya kegiatan sekolah. Buktinya, sedari pagi Joohyun sudah melakukan banyak aktivitas produktif.
Walau ini hari libur, Joohyun tetap bangun jam 5 pagi. Setelah mencuci muka dan menggosok giginya, Joohyun membereskan ranjangnya. Seusainya, ia lantas membantu orang tuanya melakukan pekerjaan rumah.
Joohyun berada dalam suasana hati yang bagus. Jadi, ia pun memasakkan sarapan spesial untuk disantap olehnya dan keluarga.
Gadis bermarga Bae itu sempat memainkan ponselnya untuk berselancar ria di internet. Tak ingin berlama-lama terus menatap layar ponsel, Joohyun memutuskan untuk membaca novel yang belum ia tamatkan. Gadis itu memilih untuk membaca novelnya di pekarangan rumah sembari menikmati semilir angin hangat yang menerpa tubuhnya.
Ting tong!
Kegiatan membacanya terusik kala bel rumahnya berbunyi. Sang ibu berteriak dari dalam rumah, menyuruh Joohyun untuk membukakan gerbang. Mau tak mau, Joohyun pun bergegas untuk membukakan gerbang rumahnya.
"Kang Seulgi...," gumam Joohyun ketika manik matanya menangkap sosok gadis berpipi gembil itu. Seulgi melambaikan tangannya seraya berkata, "Haii!"
"Bagaimana kau tahu rumahku?" tanya Joohyun bingung. Seingatnya, ia sama sekali tak pernah memberikan Seulgi alamat rumahnya. Walaupun, beberapa hari terakhir ia dan Seulgi selalu pulang bersama, keduanya akan berpisah di perempatan jalan karena perbedaan arah rumah.
"Eh, ehm...." Seulgi tampak gugup. Gadis itu mengusap belakang tengkuknya, memaksa otaknya mencari alasan.
"Sejujurnya aku hanya mencoba-coba saja mengikuti rute arah menuju rumahmu. Sampai, tadi aku bertemu seorang nenek tua yang dengan senang hati memberikan alamat rumahmu," jelas Seulgi jujur.
"Maaf ya. Sepertinya aku sudah tidak sopan," kata gadis itu merasa bersalah.
Joohyun yang hendak menyangkal perkataan Seulgi, terpaksa harus mengatupkan bibirnya karena sang ibu yang datang menginterupsi.
"Sayang, kenapa kau membiarkan temanmu hanya berdiri di sana? Ayo, nak, masuklah," ajak Nyonya Bae.
"Ah, tidak apa-apa! Saya hanya sebentar!" tolak Seulgi.
"Jangan begitu~ Ayo masuk," ajak Nyonya Bae lagi. Supaya Seulgi mau menerima ajakan ibunya, Joohyun langsung membuka lebar pagar rumah. Tangannya ia ulurkan untuk menggenggam lembut si gadis Kang dan mengajaknya masuk.
Joohyun tak tahu. Bahwa sang ibu tersenyum kecil memperhatikan tingkah putrinya.
"Sebentar ya, akan kusiapkan minuman," ucap Nyonya Bae seraya melangkah masuk ke rumah. Seulgi tak sempat menolak. Jadi yang perlu dilakukannya adalah pasrah saja.
"Duduklah." Joohyun mempersilahkan Seulgi untuk duduk di kursi yang berada di pekarangan rumahnya. Dengan patuh, Seulgi mendaratkan bokongnya di salah satu kursi tersebut.
Seulgi yang sudah duduk, meminta sang tuan rumah untuk ikut duduk di kursi sebelahnya. Tapi Joohyun bilang, ia perlu menyimpan novelnya sebentar. Tinggalah Seulgi sendirian di pekarangan rumah keluarga Bae itu.
Ketika kembali ke pekarangan rumahnya, Joohyun melihat sang ibu yang tengah mengobrol asyik dengan Kang Seulgi. Dengan mudah Kang Seulgi mendapatkan hati sang ibu.
"Aku masuk dulu kalau begitu. Kalian mengobrolah dengan baik, ya," ucap Nyonya Bae. Joohyun dan Seulgi sama-sama menganggukan kepala mereka terhadap ucapan yang diberikan oleh Nyonya Bae.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙳𝚒𝚏𝚏𝚎𝚛𝚎𝚗𝚝 || 𝚂𝚎𝚞𝚕𝚁𝚎𝚗𝚎
Fanfictionᴋᴀɴɢ sᴇᴜʟɢɪ ᴅᴀɴ ʙᴀᴇ ᴊᴏᴏʜʏᴜɴ ɪᴛᴜ ʙᴇʀʙᴇᴅᴀ. ᴋᴀɴɢ sᴇᴜʟɢɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴛɪᴘᴇ ɢᴀᴅɪs sᴜᴘᴇʟ ᴀᴛʟᴇᴛɪᴋ ʏᴀɴɢ sᴇʟᴀʟᴜ ʙᴇʀsᴇᴍᴀɴɢᴀᴛ. sᴇᴍᴇɴᴛᴀʀᴀ ʙᴀᴇ ᴊᴏᴏʜʏᴜɴ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴛɪᴘᴇ ɢᴀᴅɪs ᴘᴇᴍᴀʟᴜ ᴄᴇʀᴅᴀs ʏᴀɴɢ sᴀɴᴛᴀɪ. ᴋᴇɴᴅᴀᴛɪ ʙᴇɢɪᴛᴜ, sᴇᴍᴇsᴛᴀ ᴊᴜsᴛʀᴜ ᴍᴇɴʏᴀᴛᴜᴋᴀɴ ᴋᴇᴅᴜᴀɴʏᴀ. ɢɪʀʟs ʟᴏᴠᴇ (ɢ×ɢ) ᴛɪᴅ...