Liburan musim panas telah berakhir dan orang-orang kembali beraktivitas seperti biasanya. Begitupula dengan Joohyun yang kembali bersekolah seperti biasanya.
Namun sayangnya, sudah terhitung 3 hari sosok Kang Seulgi tak menampakkan batang hidungnya di sekolah. Berdasarkan informasi yang didapat Joohyun dari sang ketua kelas, katanya Seulgi tidak masuk lantaran gadis itu terkena demam.
Rasa cemas membawa Joohyun mengunjungi sebuah toko buah sepulang sekolah guna membeli satu parsel berisi buah-buahan di dalamnya. Joohyun tak tahu buah kesukaan Seulgi, jadilah gadis itu memutuskan untuk membeli satu parsel buah saja.
Setelah berkunjung ke toko buah, kaki Joohyun terus menelusuri ramainya jalan kota Seoul menuju rumah Kang Seulgi.
Tak memerlukan banyak waktu, akhirnya Joohyun telah tiba di rumah Seulgi. Padahal Joohyun pernah mengunjungi rumah Seulgi sekali, tapi entah mengapa ada perasaan gugup yang hinggap di dirnya.
Tok, tok, tok.
Joohyun mengetuk pintu kayu di hadapannya itu. 1 menit... 2 menit... 5 menit... tak ada siapa pun yang membukakan pintu rumah tersebut.
Mungkin ketukannya tidak terdengar? pikir Joohyun.
Tok, tok, tok!
Joohyun mengetuk sekali lagi pintu di hadapannya. Kali ini ia mengetuknya lebih kencang dibanding sebelumnya. Tetap saja. Tak ada siapa pun yang membukakan pintu untuknya.
"Uhm, permisi...!" Joohyun memutuskan untuk mengeluarkan suaranya. Mungkin dengan cara ini seseorang akan membukakan pintu untuknya.
"Permis-"
Ceklek.
Pintu rumah terbuka, menampakkan sosok Seulgi yang mengenakan piama bermotif beruang. Wajah Seulgi terlihat pucat dan penampilannya agak sedikit berantakan.
"Oh, Joohyun?" Seulgi cukup terkejut dengan kedatangan Joohyun kemari.
"Uhm, hai. Aku dengar dari ketua kelas kita, kau terkena demam. Jadi aku kemari untuk menjengukmu," ucap Joohyun menjelaskan kedatangannya.
"Ah, begitu. Ayo masuk, Joohyun," ajak Seulgi, membuka lebar pintu rumahnya.
"Terima kasih." Joohyun pun berjalan masuk ke rumah Seulgi.
"Hanya ada air putih di rumahku, tak apa?" tanya Seulgi setelah membiarkan Joohyun duduk di sofa rumahnya.
"Ah, tidak perlu repot-repot, Seulgi. Aku juga membawa botol air, jadi tidak masalah," sahut Joohyun.
"Hanya air putih, itu tak akan membuatku repot. Tunggu sebentar, ya," ucap Seulgi tak memedulikan kekhawatiran Joohyun. Gadis itu segera berjalan ke arah dapurnya untuk mengambil segelas air, membuat Joohyun hanya bisa pasrah menunggu sang tuan rumah membawakan minum baginya.
Joohyun baru sadar, suasana di rumah Seulgi sepi sekali. Sedari tadi pun, Joohyun tak mendapati sosok ayah Seulgi.
"Silahkan." Seulgi meletakkan segelas air putih di atas meja yang membatasi jarak duduk keduanya. Joohyun langsung berterima kasih begitu Seulgi meletakkan segelas air tersebut.
Joohyun menyimpan parsel yang tadi dibelinya di atas meja. Disodorkannya parsel tersebut kepada Seulgi.
"Aku tidak tahu apa buah kesukaanmu, jadi aku membelikanmu satu buah parsel ini, Seulgi," jelas Joohyun.
"Ya ampun, aku jadi membuatmu repot. Terima kasih banyak, ya, Joohyun," ujar Seulgi tersenyum senang.
Joohyun kemudian bangkit dari duduknya dan menghampiri Seulgi. Posisi mereka yang terlampau dekat membuat Seulgi menggeser tubuhnya, ia tak ingin Joohyun tertular demamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙳𝚒𝚏𝚏𝚎𝚛𝚎𝚗𝚝 || 𝚂𝚎𝚞𝚕𝚁𝚎𝚗𝚎
Fanfictionᴋᴀɴɢ sᴇᴜʟɢɪ ᴅᴀɴ ʙᴀᴇ ᴊᴏᴏʜʏᴜɴ ɪᴛᴜ ʙᴇʀʙᴇᴅᴀ. ᴋᴀɴɢ sᴇᴜʟɢɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴛɪᴘᴇ ɢᴀᴅɪs sᴜᴘᴇʟ ᴀᴛʟᴇᴛɪᴋ ʏᴀɴɢ sᴇʟᴀʟᴜ ʙᴇʀsᴇᴍᴀɴɢᴀᴛ. sᴇᴍᴇɴᴛᴀʀᴀ ʙᴀᴇ ᴊᴏᴏʜʏᴜɴ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴛɪᴘᴇ ɢᴀᴅɪs ᴘᴇᴍᴀʟᴜ ᴄᴇʀᴅᴀs ʏᴀɴɢ sᴀɴᴛᴀɪ. ᴋᴇɴᴅᴀᴛɪ ʙᴇɢɪᴛᴜ, sᴇᴍᴇsᴛᴀ ᴊᴜsᴛʀᴜ ᴍᴇɴʏᴀᴛᴜᴋᴀɴ ᴋᴇᴅᴜᴀɴʏᴀ. ɢɪʀʟs ʟᴏᴠᴇ (ɢ×ɢ) ᴛɪᴅ...