Bagian 18: Cita-cita

207 49 7
                                    

"Seulgi."

Kang Seulgi yang semula tengah menatapi deretan bunga di hadapannya, kini menoleh ke samping. Mata monoloidnya menangkap sosok Joohyun yang tahu-tahu sudah turut berjongkok di sampingnya.

"Uhm, aku mencarimu ke mana-mana dan rupanya kau ada di sini," ucap Joohyun.

"Oh, ada apa?" Seulgi bertanya keheranan. Tak biasanya Joohyun mencari-carinya seperti ini.

Joohyun mengarahkan pandangannya ke deretan warna-warni bunga di hadapannya seraya memainkan jarinya. "Uhm, sekarang sudah jam istirhat makan siang. Biasanya kita makan bersama, bukan?"

Suara kekehan ringan mengalun dari bibir Seulgi. Membuat Joohyun menoleh ke arahnya.

"Jadi, kau sudah terbiasa makan siang bersamaku, ya?" kata si gadis pemilik mata monoloid sambil menyengir senang. Sementara itu, Joohyun kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Entah mengapa, ia merasa malu dengan perkataan tepat sasaran dari Seulgi itu.

"Maaf, ya. Tadi temanku tiba-tiba mendatangiku dan memintaku untuk membantunya. Aku tak dapat menolaknya karena ia menarikku begitu saja menuju taman sekolah ini," jelas Seulgi.

"Iya, bukan masalah," balas Joohyun.

"Apa kau tahu nama dari bunga ini, Joohyun?" tanya Seulgi sekaligus untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Joohyun menganggukkan kepalanya. "Ini marigold, benar?" ucap Joohyun yang langsung diangguki oleh Seulgi.

"Ah, bukankah ini tuscan gold?" Joohyun menunjuk ke arah bunga yang nampak mirip seperti bunga matahari itu. "Dan ini adalah sweet alyssum. Ayahku sangat menyukai bunga ini, kau tahu."

Seulgi berdecak kagum, tak menyangka Joohyun akan mengetahui nama-nama bunga di hadapan mereka tersebut. Padahal, niat awalnya adalah menunjukkan keahliannya dalam menjelaskan nama-nama bunga yang telah ia dapatkan dari temannya tadi.

"Kau tahu banyak tentang bunga, Joohyun?"

"Uhm, ya. Kau ingat, ayahku memiliki taman bunga di halaman belakang rumah kami. Ketika membantunya menyirami bunga, ayahku akan menjelaskan beberapa hal dari bunga tersebut."

"Wah, keren~!"

"Oh, omong-omong soal sweet alyssum, bunga ini mengingatkanku dengan dirimu," celetuk Seulgi. "Kau tahu, sama seperti bunga ini, kau memiliki jiwa yang manis. Bukan hanya cantik di luar, tapi kau juga memiliki jiwa yang cantik dan aku sangat mengaguminya," tambah Seulgi.

"Uhh... ini agak aneh sebenarnya. Hanya saja, aroma parfummu dan aroma dari sweet alyssum  sama-sama membuatku tenang."

Aneh, suhu udara yang semula terasa dingin di permukaan kulit Joohyun, berubah menjadi panas. Bahkan sekarang tanpa diketahui sebabnya, pipi Joohyun terasa kebas.

"Eng, menurutmu, bunga apa yang membuatmu mengingatku, Joohyun?" Seulgi menanyakan pendapat temannya itu.

"Oh, hm...." Joohyun mengedarkan pandangannya ke sekitar taman bunga tersebut. Mencari-cari bunga yang sekiranya dapat mengingatkannya akan sosok Kang Seulgi.

Menemukan apa yang dicarinya, Joohyun kemudian meraih lengan Seulgi dan menuntunnya. Dan sampailah mereka di hadapan jajaran bunga matahari.

"Uhm, menurutku bunga matahari adalah pilihan yang paling cocok dengan dirimu," kata Joohyun dan mendapatkan hadiah tatapan penasaran dari Seulgi.

"Bunga ini melambangkan kegembiraan, rasa semangat, dan sifat positif. Hanya dengan mengingat hal-hal tersebut, otakku dengan cepat membayangkan dirimu. Kang Seulgi, si gadis yang penuh rasa semangat, keceriaan, dan sifat positifnya yang membuatku juga turut merasakan hal-hal itu," jelas si gadis Bae panjang lebar. Entah dikarenakan suhu musim gugur yang semakin dingin, Joohyun bisa melihat pipi gembil Seulgi yang telah dihiasi oleh semburat merah.

𝙳𝚒𝚏𝚏𝚎𝚛𝚎𝚗𝚝 || 𝚂𝚎𝚞𝚕𝚁𝚎𝚗𝚎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang