Part 24

801 189 42
                                    

Aran segera berlari menuju taman tempat Anin ingin bertemu dengannya. Suara nafasnya terdengar tak beraturan.

"Maaf baru selesai dari lab"

Kini Aran sedang mengerjakan skripsinya yang mengharuskannya untuk melakukan penelitian. Waktunya pun tak banyak agar penelitiannya tepat waktu sebelum sidang akhirnya dilaksanankan.

"Gak papa" ucap Anin diberangi senyuman manis

"Kenapa tiba tiba mau ketemu?"

Anin berjalan mendekati Aran, ia memeluk Aran begitu erat.

"Aku bakal berangkat ke Jepang hari ini"

Aran terdiam kaget, Anin mengatakannya beberapa jam sebelum ia berangkat dan itu sangat membuat Aran terkejut setelah berhari hari ia dan Anin tak bertemu.

"Berapa lama?"

"Tiga minggu"

Ia dan Anin saja sudah tak bertemu sepuluh hari dan kini Anin akan pergi lagi meninggalkannya ditengah beban berat yang saat ini Aran tanggung, Aran butuh Anin sangat membutuhkannya.

"Hati hati ya" ucap Aran yang harus bisa merelakan Anin pergi meskipun ia tak ingin

Aran menahan perasaannya yang begitu kacau.

"Gimana penelitian kamu?"

Sudah lama Aran ingin mendengar pertanyaan itu dari Anin.

"Lancar kok" senyuman kepalsuan Aran berikan pada Anin

Anin tersenyum dan mengelus pipi Aran, ia menatap dalam wajah Aran.

"Baik baik ya selama aku ninggalin kamu"

"Kamu juga disana baik baik ya, jangan telat makan"

Anin mengangguk paham, ia melihat jam tangannya dan menandatang Anin akan segera pergi.

"Aku pergi ya"

"Iya" Aran melepaskan kepergian Anin dengan sebuah senyuman dan luka dihatinya

Aran menunduk tak mampu mengiringi kepergian Anin dari hadapannya. Hari harinya yang berat ini ia sangat membutuhkan Anin namun sayang Anin tak pernah ada untuknya.

Skripsi yang dibarengi penelitiannya tentu membuat Aran dipenuhi tekanan, belum lagi penelitiannya yang belum menunjukkan hasil yang pasti. Lelah begitu terasa namun Anin yang ia harapkan menjadi tempatnya bersandar kini harus pergi.

.
.
.
.

"Baru balik lo?"

"Iya"

Oniel meletakkan kopi didepan Aran.

"Aldo mana?"

"Lagi syuting iklan katanya"

Aran mengangguk paham.

"Cape banget tuh muka?"

"Udah mau 2 minggu penelitian gue gak ada perkembangan, gue bingung apa harus ganti metode atau ganti judul" Aran tersenyum ketir

"Gue gak bisa bantu apa apa Ran, gue juga gak ngerti mau ngasih saran apa ke lo tapi gue ada buat tempat lo cerita"

Oniel sejak dulu selalu menjadi pendengar setia untuk Aran.

"Lo ada masalah tapi tetap mau dengerin keluh kesah gue?"

Mereka sama sama tersenyum, begitulah seharusnya sahabat yang bisa saling menguatkan meskipun diwaktu yang tidak menguntungkan untuk mereka.

"Gue udah bener bener lepasin Sisca untuk bahagia dia diluar sana Ran"

"Ini harus jadi pelajaran buat lo Niel, jangan pernah lo duain perasaan lo"

Di Tengah Badai Hujan TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang