Part 25

820 189 15
                                    

Aran melangkah menuju unit apartemen Anin, meskipun ia tak tahu apakah Anin mau berdamai dengannya atau tidak. Aran membawakan makanan untuk Anin.

Setelah memastikan Anin sampai diapartemen, Ratih mengirimi Aran chat agar datang menenui Anin.

Aran ragu untuk masuk tiba tiba meskipun ia tahu password apartemen Anin, ia memilih untuk mengetuk pintu.

Anin terkejut melihat orang yang saat ini ada didepannya.

"Aku udah gak dibolehin nitip di resepsionis karna kamu gak pernah mau terima" ucap Aran

Anin berusaha menahan senyuman, ia baru tahu selama ini yang menitipkan makanan adalah Aran.

Aran menyodorkan sebuah totebag berisi makanan.

Bukannya menerima totebag itu, Anin malah memeluk Aran. Ia sangat merindukan sosok yang sedang dalam pelukkannya itu.

"Maaf" ucap Anin

Ia sadar sudah melukai hati orang yang ia cintai. Seseorang yang mencintainya sejak tiga tahun lalu, Laki laki yang menerima semua kekurangan Anin.

"Ditha gak pernah salah kok"

mereka berdua tertawa, ya Aran tahu Anin tak pernah mau mengucapkan kata maaf meskipun Anin lah yang salah.

"Temani makan" Aran hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan

Aran menyiapkan makanan yang ia bawa, sambil membereskan dapur Anin yang berantakan.

"Tadi lewat lapangan kan?"

"Iya soalnya kangen"

Aran tersenyum mendengarnya, ia mengelus poni Anin.

"Aran"

"Iya"

"Masih marah?" tanya Anin hati hati

"Gak" Jawaban singkat yang dihiasi senyuman tipis itu terasa menyakitkan hati Anin

Entah hanya sebuah firasat namun rasanya Aran masih terluka. Anin menggenggam tangan Aran.

"Kamu cape ya sama hubungan kita?" Anin meneteskan air matanya

Berat rasanya ia harus mengucapkan kalimat itu, namun menahan Aran tetap bersama disituasi yang sulit ini adalah sesuatu yang egois.

Aran tersenyum tipis, mengelus rambut Anin. Tatapannya tampak begitu tulus menatap Anin.

"Bulan depan jadwal sidang akhir ku keluar, sebentar lagi aku bakal wisuda, aku berharap kamu yang nemanin aku diwisuda nanti"

Aran menarik Anin dalam pelukkannya. Pelukan itu semakin erat.

"Aku gak cape Tha sama hubungan kita, selama tiga tahun terakhir ini aku cuma belum bisa ngertiin kamu dengan semua dunia kamu yang sekarang"

"Apa aku harus berhenti Ran?"

"Gak, selagi kamu bahagia dan memang ini kan yang kamu mau aku seharusnya bisa ngertiin posisi kamu"

Aran melepas pelukkannya menatap wajah gadis yang ia panggil Ditha itu.

"Susah banget kan kamu bisa berada di puncak karir kamu sekarang, sulit banget kan buat dapat ini semua. Aku bakal nemanin kamu Tha"

Di Tengah Badai Hujan TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang