Part 17

803 188 10
                                    

Aran menerima kunci mobil dari sang ayah, untuk pertama kalinya Aran memberanikan diri meminjam mobil sang Ayah.

"Hati hati" Ucap sang Ayah sambil menepuk bahu Aran

Respon Aran hanya mengangguk kecil. Ia akhirnya pergi meninggalkan rumah, melajukan mobil itu menelusuri jalan yang basah sehabis hujan.

Aran membawa mobil itu menuju apartemen Anin, sesuai janjinya Aran akan membawa Anin kesuatu tempat.

"Tha aku jemput dibaseman ya, ka Ratih tadi bilang ada beberapa wartawan di depan apartemen kamu"

"Oke, aku kebawah sekarang"

Akhir akhir ini menemui Anin memang cukup sulit. Selesai dengan syuting film pertamanya membuat banyak orang mulai melirik Anin dan hal itu jelas membuat pertemuannya dan Aran cukup sulit.

Anin membuka pintu mobil dan langsung masuk. Anin terlihat bernafas lega, ia bisa menghindari wartawan yang setia menjaga apartemennya.

"Kayanya aku harus pindah apartemen deh" Anin melepas topinya

"Keganggu banget ya?" Tanya Aran sambil tersenyum

"Ya gak juga sih tapi kamu jadi susah buat ketemu aku kan"

Aran mengangguk setuju.

"Tangan kamu kenapa Ran" Anin menarik tangan Aran yang diberi plester di jari telunjuknya

"Luka kecil doang"

"Ya kenapa?"

"Motong wortel terus pisaunya malah kena jari aku"

"Kasian" Anin mengelus ujung jari Aran dengan lembut

"Udah biasa Tha, udah gak berdarah tapi lukanya masih terbuka takut kalau infeksi aja"

Anin mengelus wajah samping Aran.

"Maaf ya beberapa hari ini gak merhatiin kamu"

"Aku paham Tha"

Dimana lagi Anin bisa menemukan seseorang yang begitu sabar memahaminya.

"Mau makan dulu gak?"

"Boleh"

Anin dan Aran harus turun secara terpisah menuju restoran Jepang kesukaan Anin. Mereka menghindari sorotan orang orang terhadap hubungan mereka. Anin dan Aran memutuskan untuk menutup rapat hubungan mereka dari media, Aran tak ingin hubungan mereka menjadi konsumsi publik dan hanya ingin menikmati bersama Anin.

Anin masuk terlebih dahulu didalam ruangan vip yang telah Aran pesan untuk mereka.

"Udah kamu pesanin semua?" tanya Anin bingung melihat begitu banyak makanan dihidangkan dimeja mereka

"Iyaa kemarin katanya pengen makan ini semua"

"Tapi kan gak dalam satu hari Ran"

"Gak papa, gak diet dulu kan ini reward karna kamu udah kerja keras hampir mau dua bulan ini" Aran mengelus rambut belakang Anin

"Makasih" Anin memeluk Aran erat

"Makasih juga udah bekerja keras Tha"

Tak ada yang lebih penting sekarang selain kenyamanan Anin dimata Aran, ia berusaha sekeras mungkin agar Anin tetap menikmati kehidupan ini dan tak terus merasa bersalah dengan masalalunya.

Anin terlihat begitu menikmati makanan yang ada.

.
.
.
.

Oniel setia menggenggam tangan Sisca menuju pusat permainan disebuah mall.

Di Tengah Badai Hujan TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang