Part 13

902 190 31
                                    

Syuting Anin dimulai pukul enam pagi dihari minggu, mau tak mau Anin harus berangkat pukul 4 pagi. Kali ini Ratih tak bisa mengantar Anin, semalam ia hanya mempersiapkan segala keperluan Anin selama syuting.

Anin turun menuju lantai bawah, sepagi itu membuat Anin sedikit merinding. Lift terbuka dan Aran tersenyum kearah Anin, ia mengambil dua tas jinjing yang Anin bawa. Aran berniat naik menjemput Anin namun ia bertemu Anin dilift.

"Sudah sarapan?"

"Belum, masnya manager baru saya ya" ucap Anin sambil tersenyum jahil

"Iya, saya akan menjaga mbak Dit.. eh mbak Anin dengan baik"

Mereka saling melemparkan senyuman. Kebetulan sekali Aran benar benar libur dari dunia perkuliahannya dan bisa menemani Anin seharian penuh dilokasi syuting.

Aran membukakan pintu untuk Anin.

"Aku mau duduk didepan" protes Anin

"Biasanya juga dibelakang"

"Kamu itu pacar aku, bukan supir aku Aran"

Aran kembali tersenyum, ia mengangguk setuju. Aran meletakkan sandwich dipangkuan Anin yang ia buat dari rumah.

"Sarapan dulu, itu pake roti gandung dengan tuna yang dipanggang jadi kalorinya gak terlalu gede tapi cukup ngenyangin"

"Harusnya kamu ambil jurusan ahli gizi bukan farmasi"

"Ya gimana, kemauan ayah"

Mobil pun berjalan meninggalkan baseman apartemen Anin. Sambil menikmati sarapan yang Aran buat, Anin melihat kearah Aran yang tengah fokus menyetir.

"Emang dulu kamu mau masuk jurusan apa Ran?"

"Aku mau jadi chef, tataboga mungkin"

"Tapi kamu emang pinter jadi sayang kalau kepintaran kamu gak dimanfaatin"

"Masak juga pake otak Tha"

"Ini tuh nilai plus kamu, nah kamu di farmasikan nanti bisa buka apotek atau klinik sendiri"

"Kalau kemarin aku gak di farmasi gak bakal ketemu kamu soalnya aku mau kuliah keluar negeri kalau bukan ambil farmasi"

"Yaudah gak papa, cinta farmasinya tapi aku yang harus jadi nomer satu sekarang"

Aran tertawa kecil mendengar permintaan Anin, hanya waktunya yang terbagi namun semua perhatian dan cinta Aran untuk Anin.

"Boleh minum americano gak nanti?"

"Boleh, nanti didepan ya kita beli"

"Oke"

Perjalanan menuju lokasi syuting kali ini lebih jauh dari biasanya, Aran berusaha tepat waktu.
Sesekali Aran menoleh kearah Anin, ternyata ia tengah tertidur. Kepala Anin hampir membentur bahu Aran, syukurnya Anin mengenakan sabuk pengaman.

"Aku gak mau tidur nanti mata aku bengkak" kesal Anin setelah sadar dari tidurnya

Aran menggenggam tangan Anin dan mengelus punggung tangan Anin.

"Tadi pagi bangun jam berapa emang?"

"Jam 2, bangun pipis habis itu gak bisa tidur lagi"

"Tidur aja, nanti aku bangunin terus kita kompres mata kamu pake es biar gak bengkak"

"Mau peluk" ucap Anin manja sambil merentangkan tangannya

"Gak bisa sayang, kan lagi nyetir"

Anin langsung kembali keposisinya semula dengan wajah cemberut.

Di Tengah Badai Hujan TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang