Part 21

945 197 18
                                    

Udara dingin menusuk hingga ketulang namun tak mengurungkan niat Anin untuk pergi dari rooftop itu. Matanya masih memandang jauh. Aran berdiri dibelakangnya memeluk Anin memberinya kehangatan.

Satu kecupan Aran berikan dipuncuk kepala Anin. Tangan Anin menggenggam tangan Aran yang berkalung dilehernya. Tak ada kalimat yang mereka ucapkan hanya sebuah kehangatan dan ketenangan.

Anin berbalik dan memeluk Aran, ia bersandar didada Aran, tak ada penjelasan dengan apa yang terjadi pada Anin dan Aran pun tak mau memaksakan Anin untuk membicarakan semua padanya.

Aran dengan setia menemani Anin meskipun ia harus terjaga sepanjang malam hanya untuk memastikan Anin tidur.

"Mau sarapan?"

Anin menggeleng kecil, dua hari sudah Anin kehilangan nafsu makannya.

"Makan dikit ya sebelum aku kekampus"

Mata Anin menatap wajah Aran dari dekat tanpa melepaskan pelukkannya.

"Langsung kesini lagi dari kampus ya"

"Iyaa aku balik lagi nanti, ada ka Ratih nanti nemanin"

Anin tersenyum mengelus wajah Aran, orang yang sangat ia cintai itu selalu menguatkannya.

"Masuk yuk"

Aran merangkul Anin untuk kembali keunit apartemen Anin.

"Mandi dulu, aku siapin sarapan"

Anin masuk kedalam kamarnya sedangkan Aran menyiapkan sarapan. Setengah jam berlalu Anin belum juga keluar hingga Aran memutuskan kekamar Anin.

Anin tengah tertidur pulas dengan pakaian yang sama yang ia kenakan tadi. Aran mendekat membenarkan posisi tidur Anin.

Tangan Aran mengelus wajah tenang Anin. Lukanya tak masalah asalkan Anin bisa baik baik saja dan tak terluka, itu lebih penting bagi Aran.

Aran keluar dari kamar Anin, ia membiarkan Anin tidur lebih lama.

.
.
.
.

"Lo olahraga apa lagi ngelamun sih" Cindy meletakkan dumble yang Sisca pegang

"Gue gak papa" Sisca mengambil handuknya dan menghindari Cindy

"Dari kemarin lo kaya gini loh Sis"

Sisca meneguk minumannya tanpa melihat kearah Cindy yang menantikan penjelasannya.

"Gue break sama Oniel"

Cindy sontak kaget mendengar ucapan Sisca.

"Why? lo sama Oniel kan baik baik aja"

"Yang orang lain liat, yang lo liat dan Oniel rasain keliatannya baik baik aja tapi gak sama perasaan gue"

Sisca duduk dilantai sambil melihat keluar jendela besar yang menampilkan gedung gedung tinggi didepannya.

"Gue gak tau apa yang terjadi sama Oniel sebelum ketemu gue, perasaan gue meragu dengan perasaan dia ke gue"

"Lo takut ada orang dari masalulunya yang kembali?"

"Bukan, gue takut dia yang belum bisa keluar dari masalalunya"

Sisca menunduk sedih.

"Gue menerima semua kekurangan dan masalalunya tapi kalau dia yang gak bisa keluar dari masalalunya dan gue ternyata hanya pelarian dari sebuah luka, gue harus apa? meskipun gue sayang banget sama dia"

Kini Cindy bisa memahami sifat Sisca yang berubah, kini ia tahu apa yang sedang Sisca alami.

"Gue gak bisa bohong Cind, gue kangen dia, gue masih sayang banget sama dia tapi gue bertahan luka gue semakin nyakitin gue"

Di Tengah Badai Hujan TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang