Part 18

730 194 21
                                    

Gaun putih yang dihias begitu cantik saat Anin menggunakannya. Ratih tersenyum melihat Anin dari cermin.

"Cantik gak"

"Cantik banget" Ratih memberikan dua jempolnya untuk Anin

Senyuman Anin begitu manis ia persembahkan untuk sang manager. Anin menarik nafasnya dalam dalam, malam ini menjadi malam yang bersejarah untuknya karna ini akan menjadi langkah awal untuk karirnya didunia perfilman.

Anin melangkah masuk kedalam bioskop, kilat dari kamera memenuhi ruangan. Disana ada Aran, duduk jauh dari pandangan Anin.

"Cantik banget" monolog Aran

Senyuman bangga terpancar jelas diwajah Aran.

"Cantikkan" Ratih duduk disamping Aran sambil memakan popcorn

Gala premiere ini begitu penting untuk Anin, dan Aran bersyukur bisa mendapampingi kekasihnya saat berada ditempat itu.

Beberapa wartawan pun mengajukan pertanyaan pada Anin, Aran bisa melihat jelas rona bahagia dia wajah Anin.

"Kedip Ran"

"Cantik banget ka" ucap Aran dengan senyuman

Anin terlihat terdiam sejenak saat wartawan melemparkan pertanyaan pribadi pada Anin.

"Gimana Nin setelah putus dari Aldo, udah dapat penggantinya?"

Mata Aran dan Anin saling menatap beberapa detik.

"Sampai saat ini mau fokus dikarir dulu"

Anin kembali menatap Aran, senyuman Aran berikan sebagai pertanda ia baik baik saja. Aran sedikit berbohong pada dirinya, nyatanya ada luka dihatinya saat Anin mengucapkan kalimat itu.

"Ada rumor kalau lagi dekat sama lawan main difilm ini ya?"

"Gak kita semua teman kok disini"

Aran berusaha membuang semua pikiran buruknya tentang Anin. Mempercayai Anin saat ini adalah hal yang paling penting dalam hubungan mereka.

Film pun dimulai, dari ruangan yang gelap itu beberapa kali cahaya mengenai Anin dan seseorang yang Aran yakini lawan main Anin difilm itu. Mereka tampak berbicara dan saling melemparkan tawa sesekali.

"Jangan terlalu dihayati Ran, kamu tau kan Anin profesional sama kerjaan dia"

"Iya ka"

Mulut berkata demikian namun hati berkata lain. Hal kecil itu tetap melukai hatinya.

Aran bergegas menuju parkiran saat film selesai. Anin terlihat diantar oleh Gracio, lawan mainnya.

"Bye Nin"

"Bye" Anin melambaikan tangannya pada Gracio

Anin duduk dibelakang sementara Aran menyetir mobil.

"Kalau udah agak jauh stop ya Ran, aku mau duduk disamping kamu"

Aran tak menjawab hatinya masih terasa sakit.

"Aran"

"Ya?"

"Kenapa gak berenti?"

"Udah mau deket kok"

"Kamu bukan supir aku Ran, aku gak mau duduk disini"

"Gak usah pindah Tha, nanti baju kamu kotor kalau harus turun lagi"

Aran memarkirkan mobil Van itu lalu bergegas mengeluarkan beberapa barang Anin.

"Taruh aja, besok ka Ratih yang ambil" tatapan Anin terasa dingin

"Gak papa biar sekalian"

"Aran, cukup" ucap Anin tegas

Di Tengah Badai Hujan TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang