Part 11

1K 217 3
                                    

Syuting berakhir dijam 11 malam, ditangah perjalanan pulang Anin berulang kali mengecek ponselnya. Seharian ini tak ada chat atau telpon dari Aran.

"Cape banget ya Nin?" Tanya Ratih sambil menyetir

"Gak" Anin memejamkan matanya untuk tidur

Perjalanan dari lokasi syuting menuju apartemennya menghabiskan waktu kurang lebih satu jam.

"Mau makan dulu gak?"

"Gak"

Tak ada kabar dari Aran membuat Anin gelisah. Ia tahu perasaannya itu berlebihan tapi tak bisa juga ia hindari. Bertanya kabar Aran rasanya gengsi Anin terlalu tinggi untuk melakukannya.

Sesampainya Anin diapartemennya, ia langsung turun. Lelah sudah pasti Anin rasakan setelah seharian penuh bekerja.

"Pulang aja ka, gak perlu ngantarin gue masuk"

"Bener gak papa?"

"Gak papa gue aman kok"

Ratih menyetujui permintaan Anin karna memang sudah larut malam.

Anin menuju lift untuk segera naik keunitnya. Tangan Anin belum sempat menekan tombol lift seseorang sudah lebih menekannya.

"Ran"

Aran menjawabnya dengan sebuah senyuman.

"Ka Ratih tumben gak nganterin sampe atas?"

"Udah malem banget, aku suruh pulang soalnya dia juga pasti cape banget"

Aran tersenyum lalu mengelus rambut Anin.

"Kamu juga pasti cape banget kan? Ibu ada masak buat kamu"

Lift pun terbuka, mereka sama sama masuk kedalam lift. Tak ada perbincangan diantara mereka hanya tangan mereka yang saling menggenggam.

"Nih, habis bersih bersih makan terus tidur"

"Kamu gak masuk?"

"Gak, gak ada ka Ratih dan kamu butuh istirahat"

Anin tak berucap apa apa, ia memeluk Aran menyandarkan semua lelahnya yang tak ia ungkapkan pada siapapun.

"Ran, besok chat aku ya" Aran tertawa kecil mendengarnya

Aran sadar ia seharian ini tak menghubungi Anin. Selain karna Anin sibuk, Aran sendiri juga disibukkan dengan kuliahnya.

"Siap bos maaf seharian aku gak ngechat karna aku takut ganggu dan aku juga tadi jadwal kuliahnya padat banget, yaudah aku pulang ya" Aran mencengkram rambut Anin dengan gemas

Aran membiarkan Anin masuk lebih dulu sebelum ia benar benar meninggalkan Anin. Aran memastikan Anin masuk, biasanya Ratih yang melakukannya tapi kali ini Aran yang menggantikannya.

Sebenarnya Aran telah menunggu Anin sejak jam sembilan malam namun melihat wajah lelah Anin ia tak tega memberitahunya. Aran berbalik sekali lagi melihat pintu Anin yang telah tertutup rapat, ia tersenyum sebelum benar benar meninggalkan tempat itu.

.
.
.
.

Oniel bergegas menuju parkiran tempat motornya terparkir. Langit sore sudah mulai berubah warna.

Tanpa sengaja Oniel melihat Sisca didekat sebuah mobil.

"Kenapa Sis?"

Sisca yang tak tahu ada Oniel didekatnya terkejut mendengar suara Oniel.

"Astaga Niel"

"Sorry sorry kaget ya"

"Iyaa, gue kira apa tadi"

Di Tengah Badai Hujan TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang