Part 10

982 211 21
                                    

Oniel terhenti disebua lorong. Tatapannya berubah menjadi senduh. Sang pemilik hati kini bahagia bersama orang lain, mencintai tanpa orang itu tahu perasaannya begitu menyakitkan.

Oniel mengurungkan niatnya melangkah maju, ia mundur beberapa langkah untuk pergi namun tanpa sengaja Oniel menabrak seseorang.

"Sorry" ucap Oniel

Oniel memberikan beberapa barang yang jatuh pada gadis itu.

"Sorry ya gue gak hati hati"

"Kenapa Sis?" Ariel  bertanya pada gadis yang Oniel tabrak

"Gak papa Riel"

"Lo kalau jalan liat liat dong" sahut Ariel lagi

"Maaf tadi bener bener gak sengaja"

"Udah udah gak papa, lo duluan aja Riel ntar gue nyusul ya"

Ariel dan pasangannya itu pun pergi lebih dulu.

"Maaf ya gue bener bener ceroboh emang" Oniel merasa bersalah

"Gak papa, sorry juga ya teman gue tadi langsung marah ke lo"

"Sisca" Gadis itu memberikan jabat tangannya pada Oniel

"Oniel"

"Lo mau kemana? nyasar?"

"Mau nemuin teman gue tadi"

"Oh pantes gue gak pernah liat lo difakultas ini"

Oniel tersenyum tipis melihat gadis manis didepannya itu.

"Gue pergi dulu ya, bye" Sisca berbalik pergi

"Sis" Teriak Oniel

"Iya"

"Kalau kita ketemu lagi tanpa sengaja, gue teraktir makan"

Sisca tersenyum manis mendengar ucapan Oniel.

"Gue tagih nanti"

Oniel memegang jantungnya yang berdetak kencang. Aneh tapi begitulah adanya, apalagi ditambah melihat senyuman manis dari Sisca tadi.

.
.
.
.

"Hah hujan"

Mirza merasa gelisah mendekati Chika yang menunggu hujan berhenti. Mirza menatap payung yang ada ditangannya itu dengan ragu.

Langkah Mirza pelan mendekati Chika, jantungnya telah berdetak kencang sedari tadi.

Tanpa berucap apapun, Mirza menyerahkan payungnya itu. Chika kebingungan menatap Mirza.

"Pake aja" ucap Mirza acuh tak acuh

"Emang lo gak pake?"

Mirza enggan melihat Chika padahal Chika masih setiap menatap Mirza.

"Gue juga pake motor kok, gak mungkin keparkiran buat pulang"

Chika menerima payung itu dengan ragu.

"Kita satu fakultas kan?" tanya Chika hati hati

Sebenarnya Chika pernah melihat Mirza bersama Aran tapi ia ragu. Ia menatap dalam dalam wajah Mirza.

Hanya anggukan yang Chika terima dari Mirza.

"Gak papa gue pake?"

"Gak papa"

"Gue balikin besok ya, kalau ketemu Aran gue titip"

Mirza kembali mengangguk.

"Makasih ya" Chika tersenyum sebelum benar benar pergi dari hadapan Mirza.

Hujan terus turun dengan derasnya hingga pandangan Mirza terhalang untuk melihat Chika pergi, seperti perasaannya yang tertutupi oleh kabut keraguan untuk bisa mendekati Chika.

Di Tengah Badai Hujan TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang