Part 5

969 210 35
                                    

"Boong banget, aku masih sama Oniel, Ollan, Mirza. Syutingnya udah selesi?"

Anin tersenyum membaca balasan dari Aran. Tidak ada hubungan apapun tapi terasa nyaman untuk Anin rasakan.

"Senyum senyum mulu dari tadi Nin?"

"Kaka fokus nyetir aja, ini urusan anak muda"

"Siapa? Aran ya?"

"Ih sok tau banget deh ka Ratih" Anin berusaha menahan senyumannya

Rasa dihatinya terus saja meledak ledak karna memikirkan Aran. Isi pesan yang ia berikan pada Aran itu tidak bohong, ia memang sedang merindukan Aran.

"Aran tuh ganteng juga ya"

"Biasa aja sih" Anin mencoba untuk tenang

Ia membuka galeri fotonya, mencari fotonya bersama Aran, senyuman Anin terukir melihat wajah yang ia rindukan itu.

"Jadian aja udah"

"Ngaco banget deh ka, Arannya gak mau pacaran dulu"

"Oh berarti kalau Aran udah siap, lo juga siap ya"

"Gak suka brondong" elak Anin

"Gak papa kali, Aran anaknya baik, pinter, bertanggung jawab"

"Arannya yang gak mau pacaran ka"

"Oh nunggu Aran siap pacaran nih ceritanya?" goda Ratih lagi sambil memastikan reaksi Anin

"Gak, gak gitu ih"

Anin mengalihkan pandangannya keluar jendela. Ia menikmati langit malam yang begitu cerah hingga tampak bintang bintang.

Perasaan Anin pada Aran semakin jelas, ia tak bisa lagi berkutik didepan Aran karna detakkan jantungnya yang semakin kencang. Sekarang Anin hanya bisa berharap Aran akan membalas perasaannya ini.

"Udah makan belum" Isi chat Aran yang baru masuk

"Belum" jawab Anin singkat

Aran hanya terlihat membaca chat dari Anin.

"Kok dibaca aja" kesal Anin

"Masih berharap Aran balas nih"

"Ka Ratih ah jangan ngeselin"

"Tapi Nin, Aran tuh terlalu soft untuk kamu yang...."

"Yang apa ka?" Nada suara Anin seakan akan siap menerkam Ratih

"Hehe gak jadi Nin"

Sesampainya dilobby apartemen Anin, ia melihat Aran yang sedang menunggunya. Ratih tersenyum jahil pada Anin.

"Malam ka" Sapa Aran pada Ratih

"Malam Ran, udah selesai malam mingguannya?"

"Udah ka"

"Ini udah mau pulang?"

"Iya, mau nganterin makanan aja terus pulang"

Anin berusaha menghentikan obrolan Ratih dan Aran.

"Loh masih jam 9 loh Ran, gak naik keatas dulu"

"Gak dulu ka, masih ada laporan yang belum dikerjain"

Aran menyerahkan kantung plastik itu pada Anin, tak lupa ia mencengkram kepala Anin.

"Dimakan keburu dingin nanti"

"Iyaa, udah sana pulang"

Aran pun berpamitan pada Anin dan Ratih. Ia benar benar tak tinggal lama, hanya sekedar mengantar makanan dan langsung pulang.

Di Tengah Badai Hujan TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang