"Berkaitan dengan revisi desain bangunan Arka Plaza tempo hari, Departemen Pembangunan sudah memberikan proposal baru, Pak."
Eriana menjelaskan pada Satria seraya membuka satu berkas di tangannya. Berupa hasil revisi proposal yang baru ia terima pagi itu. Ia menaruh di atas meja Satria. Membuka pada lembaran Lampiran.
"Jadi sesuai dengan masukan tim survey, desain bangunan dirombak. Karena dua pilar harus dipindahkan maka tim mengakali dengan memberikan spot taman kecil di depan untuk mempertegas keindahan bangunan."
Eriana melirik. Melihat pada Satria yang tak memberikan respon sedikit pun. Membuat Eriana menebak. Apakah ia mengatakan sesuatu yang salah atau penjelasannya ada yang membingungkan?
Namun, akhirnya Eriana mengambil kemungkinan yang ketiga. Yaitu, Satria paham dengan apa yang ia jelaskan.
Maka Eriana pun berpindah pada topik selanjutnya. Tepat setelah ia menutup proposal tersebut dan menaruhnya ke sisi meja kerja Satria.
"Sementara itu untuk proyek pembangunan Lab penelitian Rofnus, tim sudah mendapatkan beberapa peneliti yang kompeten. Ini daftar namanya."
Eriana membuka berkas berikut di tangannya. Kembali menaruhnya di atas meja. Mempersilakan Satria untuk membacanya.
Namun, yang terjadi persis seperti tadi. Satria tampak tidak merespon dan Eriana mengerjap bingung.
Eriana menarik udara dalam-dalam. Menyisihkan berkas tersebut. Lalu berkata.
"Kemudian untuk lowongan asisten pribadi sudah saya teruskan ke HRD, Pak. Kemungkinan besok pagi akan dibuka. Tapi, saya ada ide lain untuk sekretaris kedua."
Eriana menunggu. Tapi, Satria masih diam.
"Gimana kalau kita panggil Teguh Santoso, Pak?" tanya Eriana tanpa menunggu jawaban Satria. "Kalau Bapak lupa, Teguh adalah sekretaris pertama yang mulanya diterima. Sebelum akhirnya dia kena demam berdarah dan saya yang menggantikannya."
Eriana pikir itu adalah jalan pintas yang paling masuk akal. Teguh sudah melewati serangkaian seleksi. Tentunya memanggil cowok itu lebih praktis ketimbang harus mengadakan penerimaan baru.
"Pak?"
Menunggu respon Satria untuk beberapa saat, Eriana mengerutkan dahi. Bahkan untuk pertanyaan yang jelas-jelas ia layangkan, mengapa Satria diam saja?
Tidak bisa tidak. Kali ini pikiran buruk itu benar-benar memenuhi benak Eriana. Membuat matanya menyipit dengan satu dugaan.
Jangan bilang kalau dia benar-benar ngacangin aku dari tadi.
"Ehm ...."
Dehaman Satria membuat dugaan itu lenyap seketika dari benak Eriana. Menimbulkan kemungkinan positif yang membuat Eriana menduga hal lainnya. Bahwa Satria tengah berpikir.
Satria memutar pena di tangannya. Dehaman samar kembali terdengar. Menyiratkan kebenaran dari dugaan Eriana. Tapi, apakah memang demikian?
"Kamu ini nggak bisa romantis dikit apa jadi cowok?"
"Kita kan masih pengantin baru, Sat. Jadi nggak ada salahnya kan romantis-romantisan bentar?"
"Romantis dan ngomong pake kata-kata manis memang bukan sifat kamu, Sat. Tapi, aku pikir kamu memang perhatian banget sama aku."
"Ehm ... bentar aja, Sat. Nggak masalah kan? Aku cuma mau peluk kamu bentar. Ck. Kamu ini emang nggak romantis banget."
"Kamu jangan main-main, Sat. Masa ditunda sih?" tanya Eriana tak terima. "Aku sih emang tau kamu nggak romantis. Tapi, ini kelewatan nggak sih kalau bulan madu kita harus ditunda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Masih] Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: [Masih] Sekantor Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: On Going (Sekuel dari 'Sekantor Tapi Menikah') Cerita Ketiga dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ******************...