34. Yah, Mentok Deh!

2.4K 182 17
                                    

Hari Senin melelahkan? Ehm belum semelelahkan Eriana dan Satria kok.

*

Eriana memejamkan mata. Tatkala sentuhan yang ia berikan mendapatkan balasan maka tak ada lagi yang ia pedulikan. Layaknya abai dengan keadaan sekitar, ia lantas balik menerima kecupan yang Satria berikan.

Dua bibir bertemu dalam sentuhan yang syahdu. Saling membuka ketika ciuman tak akan pernah menjadi sekadar kecupan belaka.

Mereka butuh lebih dari itu. Keduanya menginginkan yang lebih dari itu. Dalam bentuk panggutan, lumatan, atau bahkan cecapan.

Apa pun. Apa pun itu demi memuaskan semua gairah dan hasrat yang dengan cepat memunculkan diri ke permukaan.

"Sat."

Sempat. Hanya sedetik. Nama itu menggema di tenggorokan Eriana. Tatkala ada sekelebat jeda yang tercipta. Ketika Satria sedikit menarik bibirnya demi tujuan yang ia inginkan.

Bukan. Sama sekali bukan karena ingin mengakhiri ciuman itu. Alih-alih karena Satria ingin merasakan lebih banyak lagi.

Kepala Satria sedikit meneleng. Membuat bibirnya bergerak dengan amat sensual di atas bibr Eriana. Memberikan satu usapan samar yang membuat tubuh Eriana gemetar. Dan semua getar-getar itu lantas lenyap tatkala Satria melabuhkan kecupan manis di sudut bibirnya.

Eriana tersenyum. Dalam sentuhan yang Satria berikan, ia tersenyum.

Lantaran itu bukan hanya intim. Bukan hanya sensual. Itu pun terasa menggelikan. Berkat ujung lidah yang Satria loloskan dan kemudian ia menggelitik di sudut bibir Eriana.

Eriana selalu menyukainya. Ketika Satria menggodanya seperti itu, ia suka. Ia merasa bahwa dirinyalah yang menjadi pusat dunia Satria.

Dan di mata Satria, memang demikianlah adanya. Karena senyum itu tak ubahnya memiliki gaya gravitasi yang memerangkapnya.

Satria tidak bisa mengelak. Ia hanya bisa terjatuh dan mengikuti aliran yang mengalun. Membawa dirinya dalam penjelajahan rasa yang amat penuh sensasi.

Dalam pergerakan bibir yang lantas menyusul. Bergerak menghadirkan penuntutan yang terus berkembang detik demi detik. Makin menuntun. Makin menuntun.

Eriana terhenyak. Ia terdorong ketika bibir Satria mendesak dan lantas memerangkap bibir bawahnya.

Laksana ksatria yang teramat kuat. Bahkan hanya dalam panggutan, Satria sukses membuat Eriana menjadi lemah tak berdaya. Ia hanya bisa pasrah. Membiarkan geramannya menggema dan lantas jemari itu meronta. Dalam bentuk remasan yang ia labuhkan pada tiap helai rambut Satria.

Lembut. Kenyal. Memabukkan.

Satria pikir tak pernah ada tiga rasa itu di kehidupannya selama ini. Tapi, ketika Eriana hadir maka ada banyak hal yang mendadak muncul. Mengisi dan lantas melengkapi kamus hari-harinya dengan sesuatu yang baru.

Termasuk kali ini. Ketika panggutan tak cukup memuaskan dahaga maka Satria beringsut. Bibirnya kembali bergerak. Kali ini demi melumat bibir atas Eriana.

Satria mengulumnya. Tak lupa untuk mencecapnya. Demi mengisap semua sari yang tersedia di sana.

Jakun Satria naik turun. Bergerak dalam penuntasan dahaga yang terasa menyiksa. Tetes demi tetes. Hingga kerontang itu pun terbayar lunas.

Namun, tak cukup di sana. Karena ini adalah utang yang harus dipenuhi maka yang Satria dapatkan barulah angsuran pertamanya.

Satria membutuhkan pembayaran untuk tempo selanjutnya. Hingga ia pun mendobrak pertahanan Eriana. Dalam bentuk hunjaman ujung lidahnya yang hangat.

[Masih] Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang