Eriana mengerjapkan mata berulang kali. Dengan wajah kaku dan tubuh yang bergeming. Tidak bergerak sedikit pun hingga pada akhirnya bola matanya yang bergerak. Dalam lirikan ke kanan dan ke kiri berulang kali. Melihat pada Teguh dan Galih.
Eriana meneguk ludah. Kali ini matanya pindah pada layar komputer.
Astaga. Udah mau jam setengah tujuh malam. Terus ini cowok berdua kenapa belum ada yang balik?
Kembali memastikan, Eriana melirik lagi. Tapi, tidak berubah. Baik Teguh maupun Galih sama fokus pada pekerjaannya.
"Ehm!"
Eriana tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Ia sudah kebelet. Bukan kebelet ke kamar mandi. Tapi, kebelet pulang.
Dehaman Eriana ampuh sekali dalam menjeda keseriusan Teguh dan Galih. Kedua orang cowok itu dengan serta merta mengangkat wajah. Kompak, tatapan mereka langsung tertuju pada Eriana.
Tersenyum kaku, Eriana melihat bergantian pada Teguh dan Galih. Berusaha tetap santai dengan memainkan anak rambut di sisi wajahnya, ia bertanya.
"Kalian belum pulang? Ini udah mau jam setengah tujuh."
Teguh dan Galih bertukar pandang. Lalu adalah Galih yang menjawab.
"Belum, Bu. Masa kami pulang sementara Ibu belum pulang?"
Eriana terdiam. Tapi, jelas ia mengumpat di dalam hati.
Mampus aku. Ternyata mereka tipe junior patuh senior.
Itu memang adalah hal yang bagus. Tapi, tentu saja hal bagus itu tidak tepat pada tempatnya.
"Sudah seminggu ini kami kerja ..."
Kali ini Teguh yang bersuara.
"... dan kami perhatikan Ibu nggak pernah pulang cepat."
Galih mengangguk. Membenarkan perkataan Teguh.
"Jadi masa kami yang notabenenya baru di sini malah pulang lebih dulu?"
Memang terkesan tidak sopan. Tapi, memangnya Eriana peduli dengan kesopanan?
"Ehm."
"Maka dari itu," sambung Galih. "Mulai sekarang kami memutuskan untuk pulang setelah Ibu pulang."
Bola mata Eriana membesar. "A-apa?"
"Atau paling nggak ... pulang bareng Ibu," tambah Teguh.
Mampuslah aku.
Wajah Eriana semakin kaku. Tidak bisa berkata apa-apa untuk beberapa saat. Karena dari sudut matanya memandang, Eriana tahu apa yang dikatakan dan dilakukan Teguh dan Galih adalah hal yang sangat wajar.
Telah seminggu terlewati. Tentunya itu adalah waktu yang cukup untuk Teguh dan Galih mengamati Eriana.
Layaknya junior pada umumnya, Teguh dan Galih cenderung memerhatikan Eriana. Dari pekerjaan, pembawaan, dan kebiasaannya.
Kedua orang cowok itu diam-diam sepakat. Bahwa Eriana benar-benar mencerminkan sekretaris yang diharapkan semua bos di dunia.
Penampilan Eriana menarik. Ia ramah dan sopan. Pembawaannya tenang dan terkontrol. Bila bekerja, ia akan sangat serius. Teliti, cermat, telaten, gesit, dan terstruktur adalah lima kata yang mampu menggambarkan sosok Eriana.
Dan berkenaan dengan itu, baik Teguh maupun Galih sama menyadari bagaimana Satria yang tampaknya sangat bergantung pada Eriana. Hingga menyebabkan wanita itu selalu pulang terlambat.
"Sepertinya Pak Satria sangat mengandalkan Ibu. Sampai-sampai Ibu selalu pulang terlambat. Maka dari itu kami ingin banyak belajar dari Ibu," kata Teguh penuh tekad. "Kami ingin menjadi andalan Pak Satria pula."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Masih] Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: [Masih] Sekantor Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: On Going (Sekuel dari 'Sekantor Tapi Menikah') Cerita Ketiga dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ******************...