"Bentar, Ri. Biar aku dulu."
Eriana terpaksa menunggu hingga Satria keluar lebih dahulu dari mobil. Ia lalu mengulurkan tangan dan Eriana menyambutnya. Satria pun tak lupa melindungi kepala Eriana dengan satu tangannya yang bebas.
"Makasih," ujar Eriana. "Tapi, kamu nggak takut kalau ada yang lihat kita kayak begini?"
Satria melihat sekeliling. "Ini masih sangat pagi. Nggak ada karyawan yang datang serajin itu."
"Ah. Benar juga sih."
Walau demikian, bukan berarti Eriana dan Satria berlama-lama di parkiran. Mereka segera beranjak.
Satria membuka pintu masuk. Menahannya seraya memperingatkan.
"Hati-hati, Ri."
"Iya, Sat, iya."
Membalas perkataan Satria dengan mengulum senyum kecil, Eriana geli sendiri. Satria terkesan berlebihan dan itu membuatnya merasa lucu. Eriana tergelitik untuk menggoda. Namun, satu pemandangan yang masuk ke retinanya membuat niat itu lenyap seketika.
Eriana berhenti melangkah. Syok, tapi ia sungguh tak mengira bahwa ada orang yang berdiri di seberang sana.
"Teguh."
Lidah kelu Eriana nyaris tidak bisa bersuara. Jantungnya terasa berhenti berdetak dan tubuhnya terasa dingin. Ia buru-buru menarik tangannya yang menggantung di udara. Terpaksa, Eriana harus menyingkirkan ide jahilnya untuk menepuk bokong Satria.
"Galih."
Persis seperti Eriana, Satria yang baru menutup pintu masuk, kaget pula. Namun, ia dengan cepat menguasai diri.
"Selamat pagi, Pak. Selamat pagi, Bu."
Satria menunggu dengan tatapan tanpa kedip. Namun, tak ada lagi yang dikatakan oleh kedua bawahannya itu. Tak ada pertanyaan. Pun tak ada kesiap kaget. Alih-alih ucapan sopan lainnya yang berasal dari Galih.
"Silakan, Pak."
Mereka menaiki lift bersama-sama. Keadaan kala itu hening. Tak ada yang bersuara hingga Satria berkata pada Teguh dan Galih.
"Kalian langsung temui saya. Saya ingin tau keadaan kantor kemaren."
"Siap, Pak."
Setidaknya butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk Satria menunggu kedatangan Teguh dan Galih di ruangannya. Mereka membawa beberapa map dan melaporkan yang terjadi di kantor selama Satria tidak ada.
Satria mendengarkan saksama walau dengan sedikit perasaan tak sabar. Jadi tak aneh bila ia buru-buru menuntaskan semua.
"Oke," angguk Satria. "Saya mengerti."
Teguh dan Galih diam. Perkataan Satria memberikan isyarat tersendiri untuk mereka. Satria merasa cukup dengan laporan yang mereka berikan, tapi bukan berarti semua selesai.
Satria sedikit mengubah posisi duduk. Kedua tangan bertemu di atas meja dan ia menatap bergantian pada kedua cowok itu.
"Ada yang ingin saya katakan ke kalian berdua."
Tubuh Teguh dan Galih membeku. Keduanya menegang kompak tatkala perkataan Satria diiringi oleh tatapan serius tak terbantahkan. Entah sadar atau tidak, tapi mereka refleks berdoa di dalam hati.
"Saya dan Eri sudah menikah."
Teguh dan Galih sama-sama bengong sementara Satria menunggu. Sengaja tak meneruskan perkataannya, Satria memutuskan untuk melihat respon mereka terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Masih] Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomansaJudul: [Masih] Sekantor Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: On Going (Sekuel dari 'Sekantor Tapi Menikah') Cerita Ketiga dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ******************...