Satria bisa merasakan bahwa ada yang berbeda pada Eriana kala itu. Ketika malam menjelang dan ia justru tampak tidak bernafsu untuk semangkuk soto ayam yang ia pinta tadi pagi. Tepat sebelum mereka pergi ke rumah orang tua Satria.
"Ri."
Memanggil Eriana, Satria mendapati sang istri mengerjap samar. Ia berpaling dan Satria menemukan ada yang aneh dengan sorot mata Eriana.
"Ya?"
"Kamu baik-baik saja?" tanya Satria. Sekilas, ia melirik pada soto ayam Eriana. "Kenapa kamu nggak makan? Apa nggak enak?"
Eriana melihat soto ayamnya. Ia buru-buru menggeleng.
"Enak kok."
Jawaban itu tak berarti apa-apa untuk Satria. Ia pun mendesak. "Terus?"
"Terus? Ehm ... aku makan kok," ujar Eriana kemudian seraya mengangguk. Ia menyuap sesendok kuah. "Aku makan."
Setelah itu Eriana memang makan seperti biasanya. Tapi, bukan berarti Satria melepaskan curiga yang ia rasa begitu saja. Terlebih lagi ketika mereka akan tidur.
Satria berpaling. Melihat Eriana yang berbaring memunggunginya.
Untuk kategori seorang istri yang kerap meraba-raba sebelum tidur dan bahkan saat tidur, memunggungi sang suami adalah hal yang teramat tak masuk akal untuk dilakukan oleh Eriana. Dan itu membuat Satria semakin bertanya-tanya.
Satria beringsut. Ia membuat pengecualian. Bila biasanya adalah Eriana yang mendekatinya maka sekarang berbeda.
Satria merengkuh tubuh Eriana dari belakang. Pada saat itu, Satria bisa merasakannya. Tubuh Eriana seketika menegang.
"Ri."
Memanggil Eriana seraya melabuhkan satu kecupan di pundaknya yang polos, Satria langsung bertanya.
"Kamu kenapa? Ada sesuatu?"
Tak terlihat oleh Satria, Eriana menahan napas seraya menggigit bibir bawahnya. Matanya mengerjap beberapa kali. Wajahnya terlihat bingung, tapi juga gelisah.
Akhirnya Eriana menggeleng.
"Nggak ada apa-apa."
Satria bisa merasakan kebohongan di jawaban itu. Dan mungkin karena itulah mengapa Satria kemudian menarik Eriana. Hingga tubuh cewek itu berbaring dan memberikan kesempatan bagi Satria untuk memaku matanya.
Di keremangan lampu tidur yang bewarna kuning lembut, Satria bisa mendapati Eriana yang berusaha menghindari tatapannya. Tentunya itu pun bukan kebiasaan Eriana.
"Apa ada sesuatu yang terjadi selama kunjungan tadi?" tanya Satria menebak. Mungkin saja saat ia ke toilet ada satu atau dua orang yang bertindak kelewatan pada Eriana.
Namun, Eriana menarik napas dalam-dalam hanya untuk menggeleng. Ia tersenyum walau terasa hambar di mata Satria.
"Nggak kok. Semua biasa-biasa saja."
Eriana tidak berbohong. Memang tidak ada sesuatu yang terjadi padanya selama di rumah orang tua Satria. Tapi, bukan berarti itu bisa menyuap rasa aneh yang semakin membesar di pikiran Satria.
"Serius?" tanya Satria lagi.
Eriana mengangguk. Kali ini senyumnya terlihat lebih tulus. "Serius."
Satria tidak bisa mendesak lebih jauh dari itu. Kalau Eriana mengatakan tidak ada apa-apa, apa lagi yang dapat ia lakukan? Jawabannya tentu saja tidak ada.
"Baiklah kalau begitu," ujar Satria seraya melihat helaian rambut Eriana yang sedikit berantakan di sisi wajah. Ia merapikannya sekilas. "Kamu istirahat. Kamu pasti lelah hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Masih] Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: [Masih] Sekantor Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: On Going (Sekuel dari 'Sekantor Tapi Menikah') Cerita Ketiga dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ******************...