"Ah! Makan rawon siang-siang gini emang enak banget."
Memejamkan matanya, Eriana tampak mendesah nikmat tatkala satu sendok rawon berakhir di dalam mulutnya. Meresapi aneka rempah di kuahnya, cewek itu kemudian mengunyah dagingnya dengan teramat berirama. Seperti tidak ingin membiarkan sedikit pun sensasi lezat itu terlewatkan oleh saraf-saraf perasanya.
Satria melihat Eriana dengan sorot aneh, tapi tak mampu menahan satu seringai kecil yang muncul di benaknya ketika melihat Eriana yang tampak begitu menikmati makan siangnya.
"Makasih untuk Tuan Kim Ra Won untuk inspirasi makan siangnya hari ini. Semoga aja besok ada inspirasi lainnya. Mungkin ada Nona Sotomi kan?"
Eriana tersenyum geli ketika Satria justru geleng-geleng kepala.
"Satomi," ralat Satria. "Bukan Sotomi."
Eriana menutup mulutnya dengan jenaka. "Ups! Kamu bener. Satomi, bukan Sotomi. Ehm ... padahal kan enakan Sotomi daripada Satomi."
"Ckckck."
Entah sampai kapan kesenangan Eriana yang memplesetkan nama-nama itu akan selesai. Untungnya kala itu mereka tengah makan di ruangan VVIP. Jadi Satria tidak perlu merasa khawatir kalau ada pengunjung restoran lainnya melihat kelakuan istrinya.
"Kamu nggak makan, Sat?" tanya Eriana ketika menyadari bahwa Satria belum mulai menikmati makan siangnya. "Ini beneran enak loh."
Mata Satria melirik sedikit. Pada Eriana yang bicara padanya tanpa merasa perlu untuk melihat pada suaminya itu. Karena alih-alih menatap pada Satria, Eriana lebih memilih fokus pada mangkuk rawonnya. Menyendok kuahnya dan menyesapnya. Lalu ia mendesah nikmat lagi.
"Aku tau makanan ini emang enak, Ri. Nggak perlu kamu kasih tau juga," ujar Satria seraya memulai makan siangnya. "Aku udah tau dari ekspresi wajah kamu."
Lagi, Eriana tersenyum geli. "Rasa-rasanya aku mau bungkus deh." Ia melihat pada pelayan yang berdiri di dekat pintu dan memanggilnya dengan satu lambaian tangan. "Intan pasti suka," sambungnya pada Satria.
Seorang pelayan datang. Membuat Satria menahan sejenak kata-kata yang ingin terlontar dari lidahnya. Menunggu. Karena perkataan Eriana tadi membuat Satria teringat akan sesuatu.
"Ya, Bu? Ada yang bisa saya bantu?"
Eriana menaruh sejenak sendok dan garpu dengan rapi di sisi piring dan menjawab pertanyaan itu.
"Tolong rawonnya dibungkus dua porsi ya, Mbak?"
Pelayan mengangguk. "Baik, Bu."
Menunggu hingga pada akhirnya pelayan itu benar-benar meninggalkan mereka, Satria lantas bertanya.
"Jadi rencananya mau sampai kapan kamu di unit kamu itu? Ini udah berapa hari kamu tinggal di sana, Ri."
Eriana yang berencana untuk melanjutkan kembali makan siangnya, tertegun. Sendok yang siap untuk menyuap nasi ke dalam mulutnya berhenti bergerak. Ia melihat Satria.
"Kapan kamu mau balik ke rumah?"
O oh. Satu hal yang nyaris terlewatkan. Mengenai situasi yang saat ini sedang dijalani oleh Eriana. Terkait dengan pernikahan mereka yang mendadak dan juga status yang saat ini disandang oleh cewek itu.
Seperti yang diketahui bahwa Eriana dan Satria sepakat untuk merahasiakan sejenak berita mengenai pernikahan dadakan mereka. Demi menghindari berita miring yang bisa saja menerpa cewek itu. Tapi, imbasnya tentu saja pada kehidupan mereka sehari-hari.
Dulu ketika pernikahan itu akan berlangsung, Eriana beralasan pada Intan –teman satu unitnya- bahwa ia sedang ada tugas kantor. Menemani sang bos ke luar kota dalam rangka pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Masih] Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomansaJudul: [Masih] Sekantor Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: On Going (Sekuel dari 'Sekantor Tapi Menikah') Cerita Ketiga dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ******************...