Sekitar pukul delapan lewat sepuluh menit, Naruto selesai berbelanja bahan-bahan ramen. Ia menyimpan kantong belanjanya di bagasi motor. Tak butuh waktu lama motor butut itu melaju dalam kecepatan sedang.
Pagi itu, suasana pasar tradisional ramai seperti biasa. Naruto membelah jalanan Kota Konoha yang mulai di padati sekumpulan manusia yang akan melakukan aktifitasnya.
Sesekali matanya menatap kagum akan sekumpulan mahasiswa di depan kampus ternama di Konoha. Dulu, ia pernah bermimpi setelah lulus SMA, ingin melanjutkan pendidikan. Tapi apa daya, dirinya tidak mampu membiayai itu semua. Tidak mungkin juga ia membebankan pada Iruka. Jadi saat itu Naruto memutuskan untuk bekerja di toko milik keluarga Shikamaru.
Jika di rasa masih kurang untuk mendapat penghasilan, Naruto kembali bekerja serabutan. Apa saja yang terpenting bisa memenuhi kebutuhannya. Tepat satu tahun yang lalu, ia memutuskan untuk membuka usaha sendiri dari hasil tabungannya selama ini.
Sekitar lima belas menit, ia telah sampai di kawasan apartemen distrik Kyuubi. Tempatnya tinggal.
Pria muda itu memarkirkan motornya tepat di depan apartemen. Ia membawa kantong belanjanya, menata dan mulai meracik semua bahan untuk di dagangkan hari ini. Untuk kuah kaldu, ia tak perlu repot. Semalam ia sudah merebusnya terlebih dahulu. Karena menurutnya, kuah ramen adalah hal yang utama. Jadi ia harus lebih dulu meraciknya semalam.
Satu jam lamanya, dia sudah siap menata kuah dan komponen ramen lainnya. Sudah menata rapi di gerobak orens. Kini saatnya ia membersihkan apartemen sebelum di tinggalkan. Tak lupa juga ia selalu membawa bekal nasi kepal, kalau-kalau dirinya lapar saat berjualan.
"Hah... Sudah selesai. Sekarang aku harus mandi. Bersiap menjemput rezeki! Yoshh!"
Di tengah guyuran air shower, seseorang ada yang mengetuk pintu kamar mandi Naruto. Lantas ia mematikannya, segera menggunakan handuk sepinggang dan membuka sedikit pintu tersebut.
Seseorang tengah duduk lesehan di depan meja makan kecil itu. Tampaknya dia asik memainkan ponselnya.
"Oy Shika! Ada apa?" Masih dalam posisi yang sama tak berniat menghampiri teman karibnya itu.
Merasa terpanggil, Shikamaru menaruh ponselnya di meja dan ia memerhatikan sahabat kuningnya dengan tampang malas.
"Maaf aku langsung masuk. Ibuku memberikan ini untukmu." Dia menaruh kotak bento manis motif bunga berwarna hijau di meja tersebut.
Senyum terbit di bibir kecoklatannya. "Wah terimakasih Shika! Sampaikan salam pada Ibumu ya."
"Ya baiklah. Kalau begitu aku pergi. Sepertinya kau akan berjualan." Pria jangkung itu berdiri dan berjalan menuju pintu keluar.
"Mau bagaimana lagi. Aku butuh nenyambung hidup." Naruto hendak menutup pintu kamar mandinya.
"Aku perhatikan kau tidak ada libur sama sekali? Mencari uang boleh tapi jangan sampai kena tyfus. Kayak kagak tyfus iya. " Canda Shikamaru. Naruto hanya tertawa menanggapi.
"Nanti kalau sudah bosan aku bakal libur."
"Merepotkan. Daah, sampai jumpa. " Pintu itu tertutup.
Naruto kembali melanjutkan ritual mandi yang sempat tertunda.
~~~~
Seperti biasa, siang ini di awali nongkrong di taman Kota. Ini hari Sabtu, biasanya akan ramai pengunjung. Ia pun berharap ramennya akan segera laris.
Di saat tengah melayani beberapa pembeli, Naruto di kejutkan dengan 2 orang berpenampilan layaknya preman. Lelaki bertubuh sedikit gempal itu mengetuk pelan gerobak Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelanggan Setia [√]
RandomUzumaki Naruto, seorang penjual ramen keliling yang memiliki mimpi besar. Sama seperti manusia lain. Ia pantang menyerah dan selalu optimis meski ramennya jarang laku. Tapi yang membuatnya bertahan adalah satu pelanggan yang setia. . . Tidak tahu ke...