Hinata meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Hari ini ia pulang cukup sore karena adanya pertemuan dadakan dengan guru yang lain. Membahas akan di adakannya sebuah festival tahunan.
Rapat yang memakan waktu sekitar dua jam itu akhirnya selesai. Niat awal, dia ingin memperkenalkan rasa baru ramen pada sang ayah, tapi saat melihat satu notif dari orang yang baru beberapa hari ia tolak membuat moodnya buruk.
Bisa kau antarkan adikku pulang? Maaf hari ini banyak kerjaan, gak sempet jemput. Dia lagi latihan karate di sekolah. ~Toneri
Hinata hanya mendengus pelan. Ia memang wali kelasnya, tapi apa tidak ada orang sama sekali untuk menjemput adiknya? Dia kan orang kaya pasti punya supir. Tapi iya tak terlalu mempermasalahkannya. Lagi pula kasihan juga juka terlalu lama menunggu.
Pesan itu dikirim 30 menit yang lalu.
Baiklah. Aku baru selesai rapat jadi pesannya baru aja ke baca. ~ Hinata
Enggak perlu. Anterin aja sampe halte.~ Toneri
Hinata di buat bingung dengan balasan lelaki ini. Ia tak membuang waktu lagi, setelah bersiap dan berpamitan dengan rekan gurunya, ia segera mencari sosok adik Toneri.
"Momoshiki!! Pegangan yang erat ya sama Ibu ya!"
"Iya bu." Hinata melajukan motornya di belakang, Momoshiki sudah berpegangan erat pada pinggang ramping sang guru, sesuai yang di intruksikan.
Tak butuh waktu lama untuk menuju halte. Perlahan, Hinata menurunkan anak lelaki berambut panjang tersebut.
"Tunggu disini ya, kakakmu bentar lagi jemput." Seraya menggandeng sang anak.
Tiba-tiba tangan kecilnya menunjuk mobil yang ia yakini milik sang kakak. " Itu kakak bu, sudah datang!" Teriaknya riang.
Hinata mengamati mobil yang di tunjuk anak ini. Dan memang benar, dia adalah Toneri. Mobil mewah itu terparkir tepat di depan mereka. Seseorang turun dari mobil tersebut. Pria itu memang tampan, perawakan yang tinggi, baju yang cukup santai untuk orang yang berbisnis empang.
"Maaf kakak lama. Cepat masuk." Ucapnya. Saat ia sudah berada di hadapan Hinata dan juga adiknya.
"Ibu guru terimakasih. Momo pulang dulu."
Hinata tersenyum lembut pada anak lelaki tersebut, ia membelai lembut kepala sang anak.
"Baiklah, kalo udah sampe rumah cepat mandi ya."Momoshiki mengangguk sambil tersenyum. Lalu ia membungkuk memberi hormat, sebelum akhirnya anak itu masuk ke dalam mobil.
Tampaknya sang kakak masih betah berdiri disana. Tangannya tiba-tiba nenyentuh lengan Hinata.
"Hinata--" Namun cepat-cepat Hinata menepis halus lengan tersebut.
Toneri hanya tersenyum remeh."Apa begini, sikapmu pada calon suami?"
Percaya diri sekali orang ini. Cihh. Umpatnya dalam hati.
"Maaf, kamu lupa jawaban aku kemarin?"
Pria yang memiliki julukan juragan empang itu menyunggingkan bibirnya. Kedua tangannya ia masukan kedalam saku celana. Satu langkah lebih dekat dengan Hinata.
"Aku gak suka penolakan, Hinata. Seharusnya kamu beruntung, dari sekian banyak wanita yang ngejar aku, cuma kamu yang aku lamar. Jadi gak perlu jual mahal seperti ini."
Hinata semakin ingin muntah mendengar itu semua. Tadinya ia berniat ingin menanyakan perihal gosio yang ia lontarkan pada Sakura, tapi mendengar tingkat percaya dirinya tadi jadi ia urungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelanggan Setia [√]
De TodoUzumaki Naruto, seorang penjual ramen keliling yang memiliki mimpi besar. Sama seperti manusia lain. Ia pantang menyerah dan selalu optimis meski ramennya jarang laku. Tapi yang membuatnya bertahan adalah satu pelanggan yang setia. . . Tidak tahu ke...