14. Rencana

491 83 0
                                    

"Hoo jadi kalian emang sedekat itu ya?" Ino mengedikkan sebelah matanya menggoda Hinata dan Naruto. Mereka bertiga tahu kedekatan antara sahabatnya ini dengan penjual ramen. Beberapa kali Hinata menyangkal bahwa kedekatannya ini tak lepas karena dirinya membantu Naruto.

Baik Tenten maupun Sakura, mereka tak masalah yang terpenting kebahagiaan sang sahabat paling penting.

Naruto yang saat ini sedang membuat pesanan ke empat gadis cantik ini hanya tersenyum. Tapi dalam hati ia senang bukan kepalang.

"Jangan kau goda dia terus Ino. Lihat wajahnya jadi merah." Kembali, Sakura menggoda dengan gelak tawa renyah dari Tenten.

"Kalian ini, berhenti menggodaku. Aku sama Bang Naru emang deket, dari dulu aku senang sama ramennya. Bener kan bang?"

"Oh pasti sama penjualnya juga." Tenten tertawa puas melihat wajah Hinata yang sudah merah padam. Naruto hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum cerah melihat tingkah para gadis ini. Namun candaan itu harus berakhir ketika seseorang yang sejujurnya tak ingin di temui Hinata datang. Dia menyalakan klakson mobil dengan begitu nyaring tepat di samping gerobak Naruto.

Tiiiiiiiiinnnnnn

Tiiiiiiiinnnnnnn

Sakura dan Ino menggeram kesal. "Apa-apaan dia itu?! Kami enggak tuli ya, sampe harus keras-keras begitu?!" Mereka berniat akan melabrak mobil mewah tersebut tapi di hentikan oleh Hinata.

Hinata menghentikan pergerakan Sakura dan Ino dengan isyarat mata. Sekaranag, situasinya sulit. Mereka jadi pusat perhatian. Ini yang tidak di sukai Hinata.

Naruto hanya mampu diam. Orang kecil sepertinya, mana bisa menahan Toneri. Tapi jika berbuat ulah, tentu saja ia tak boleh diam saja. Suara bisik-bisik mulai terdengar, sebenarnya Naruto ingin sekali menyumpal mulut yang membicarakan Hinata yang tidak-tidak.

Mobil sport berwarna merah itu membuka kaca mobilnya. Atensinya hanya pada seorang gadis yang juga sedang menatapnya.

Ia menyunggingkan bibirnya. "Aku ingin kita bicara." Jelas, itu untuk Hinata.

"Benar-benar gak punya sopan santun." Tenten menatap sengit Toneri dan hanya di acuhkan oleh pria itu.

Hinata berjalan perlahan menuju mobil tersebut. Memang benar, ia berencana untuk menemui Toneri dan menyelesaikan semuanya.

"Tepat sekali. Aku juga ingin bicara denganmu." Ucapnya dingin.

"Bagus. Ayo naik, tempat seperti ini tidak cocok dengan kita." Pria itu memandang tak suka sahabat Hinata juga penjual ramen tersebut.

Hinata terpaksa menurut, jika tidak semua orang pasti sudah membicarakannya.  Sebelum naik mobil Toneri, Hinata sempat berpesan dan meminta maaaf karena acara mereka mungkin dia akan datang terlambat atau bisa jadi tidak datang.

Mereka semua mengangguk mengerti tak lupa memberi nasihat pada Hinata. "Jika terjadi sesuatu, cepat hubungi kami." Ucap Ino berbisik, ia benar-benar khawatir dengan Hinata.

Gadis itu tersenyum menanggapi. Berkata bahwa semua akan baik-baik saja.

Tak lama setelah itu, mobil mewah tersebut pergi meninggalkan mereka. Naruto hanya diam memandang kepergian Toneri dan Hinata. Di dalam mobil, Toneri memandang sang penjual ramen. "Jadi dia lelaki yang akan di jadikan model produk Shion? Cih, apa bagusnya? Dia juga yang selama ini dekat dengan Hinata." Meski Toneri bergumam, tapi masih bisa terdengar oleh Hinata yang duduk di sampingnya.

Naruto! Kau harus fokus dengan usahamu. Jangan sampai perasaan itu hadir. Kau dan Hinata hanya sebatas teman, pelanggan dan penjual, dia juga banyak membantu. Ya tidak lebih dari itu.

Pelanggan Setia [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang