19. Bang Naru dan Nata

668 89 6
                                    

Acara sakral pengucapan janji suci yang dilangsungkan di kuil itu selesai, kini mereka berdua menuju tempat resepsi. Kediaman mansion Hyuuga.

Naruto sama sekali tak menyangka, jika keluarga besar Hinata memiliki mansion yang cukup besar. Selama ini, Hiashi memang memilih hidup sederhana bersama kedua anaknya.

Jarak antara kuil dan mansion Hyuuga tidak memakan waktu banyak. Tapi entah mengapa Naruto maupun Hinata merasa perjalanan ini begitu lambat. Mereka berdua kini duduk bersisian di dalam mobil. Diam tanpa kata. Keduanya benar-benar gugup dan juga sibuk dengan fikiran masing-masing.

Sesekali mata biru Naruto melirik gadis yang teramat cantik dan anggun. Dia masih tak menyangka, sekarang pelanggan setianya itu sah menjadi istrinya. Bahkan, saat ritual yang di langsungkan di kuil tadi, Naruto sempat menitikkan air matanya. Naruto akui dia bahagia. Meski jalan menuju pernikahan antara keduanya terkesan aneh. Naruto hanya berharap, semoga pernikahan ini akan berakhir hingga maut memisahkan.

Pun tak jauh berbeda dengan gadis bermata ametis indah. Bahkan saat ia menginjakkan kaki di kuil, dia sudah beberapa kali menitikkan air matanya. Hatinya juga teramat bahagia. Ia tak menyangka, akan melabuhkan hati juga raganya pada seseorang yang selama ini ia kagumi. Sosok yang ia fikir hanya akan menjadi teman dekat sebagai penjual dan pembeli.

Karena tak sanggup di keheningan yang tercipta, tangan besar Naruto mencoba menggenggam jemari lentik istrinya yang sedari tadi tertaut gelisah dan gugup. Hinata mencoba menetralkan degupan jantungnya yang semakin kentara berdebar. Ia membalas tautan jemari suaminya. Lalu memberanikan diri menoleh pada pria yang menggenggam tangannya.

Wajah seputih susu itu memerah merona. Apalagi saat Naruto memberikan senyuman dan tatapan lembut untuknya. Hinata, tak bisa melewatkannya begitu saja. Untuk beberapa saat, meski dengan wajah yang merona gadis itu masih setia memandang pria di sampingnya.

"Nata.." Naruto berucap begitu lirih. Bahkan ia lebih mengeratkan genggamannya, meneliti seluruh wajah cantik Hinata, dan lebih mendekat.

"Bang Naru.." Hinata bisa merasakan jemarinya di genggam lebih erat namun tetap lembut. Ia merasakan sapuan hangat menerpa wajahnya. Ia yakin wajahnya sudah pekat sekarang. Suaminya itu semakin dekat dengan wajahnya. Hinata tak sanggup, ia memilih menutup kedua matanya.

Seperti terencana, Naruto hendak mencium bibir mungil Hinata. Begitupun gadis itu, sudah siap menerima kecupan bibir sang suami. Tapi sebelum itu terjadi, sang supir dengan tampang tanpa dosa menoleh pada pengantin baru di yang duduk di belakang mobil.

"Akhirnya, kita sampai di mansion Hyuuga." Sang supir dengan tidak sadar tersenyum lebar saat berucap. Menampilkan dua giginya yang kosong melompong. Sedetik kemudian, sang supir tersenyum canggung dengan pipi yang merona.

"Ma-maaf. Saya menganggu. Kalo begitu, saya turun duluan." Setelah mengatakan itu, supir tersebut keluar saat menutup pintu ia kembali berucap. "Lanjutkan!"

Kedua pengantin baru itu saling pandang, saat mereka tersadar barulah keduanya memalingkan wajahnya masing-masing.
Berdehem bersama.

Suara ketukan dari kaca mobil mengagetkan mereka. Mengisyaratkan agar mereka segera keluar. 

Naruto menghentikan tangan Hinata yang hendak membuka pintu mobil. Gadis itu menatap bingung pria di sampingnya.

"Biar Bang Naru aja yang buka. Nata keluar mobilnya lewat sini juga ." Ucap Naruto seraya tersenyum, dengan perasaan gugup ia mulai membuka pintu mobil dengan perlahan. Setelah ia turun, barulah tangannya terulur pada sang gadis yang sudah menunggu.

Meski dengan perasaan gugup, Hinata menerima uluran tangan sang suami.

Sahabat, kerabat juga keluarga besar menyambut pengantin tersebut. Sorot wajahnya menampakkan kekaguman pada pasangan yang akhir-akhir ini di bicarakan.

Pelanggan Setia [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang