18. Persiapan

561 88 5
                                    

Hari yang di tunggu-tunggu entah oleh siapa itu datang. Rombongan Naruto yang terdiri dari Iruka, Shikamaru dan Konohamaru telah sampai di kediaman Hinata. 

Mobil hitam milik Shikamaru terparkir rapi di depan rumah yang tidak terlalu besar itu.  Tampaknya bukan hanya mereka yang hadir dalam acara lamaran itu, terbukti ada mobil lain yang terparkir di sampingnya.

Beberapa kali, Naruto mengusap  keringat yang bercucuran di wajahnya.

"Naruto kau baik-baik aja, kan?" Iruka khawatir melihat kondisi Naruto. Sedari tadi pria itu terus  mengeluarkan keringat.

Naruto hanya tersenyum canggung. Ia merapikan jasnya, sekali lagi mengusap keringat di keningnya.

"Dia itu gugup, Paman. Sudahlah tenangkan dirimu. Ayo cepat turun, nanti mereka nunggu lama." Shikamaru lebih dulu turun dari mobil tak lama kemudian di susul dengan yang lain.

Kaki Naruto sedikit bergetar. Sumpah demi apapun ia tak pernah segugup ini sebelumnya.
"Y-yoshh a-aku s-siap!" Ucapnya dengan gugup. Iruka hanya bisa tersenyum melihat tingkah anak angkatnya. 

Dengan tegang, Naruto memencet bel pintu rumah tersebut beberapa kali. Hingga satu suara menyahut membuat degupan jantungnya bertambah.

"Ya sebentar!!!" Suara teriakan nyaring menambah kegugupan Naruto. Ternyata Hanabi yang menyambut mereka.

"Wah kalian cepat sekali datang. Ayo masuk, aku akan panggilkan ayah dan Kak Neji." 

Naruto meneguk ludahnya kasar. Langkahnya yang gemetar memaksa masuk ke dalam rumah tersebut.

Kini, ke enam orang pria itu sudah duduk di kebun belakang. Tampaknya kebun belakang yang rindang akan pohon buah-buahan dan juga tanaman herbal itu sudah tertata rapi. Dan memang sengaja untuk pertemuan ini. Ada meja dan kursi yang saling berhadapan. Di hias dengan begitu cantiknya. Meski terkesan sederhana. Acara lamaran ini seperti murni sebuah ikatan yang terencana dari kedua belah pihak. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Hinata, gadis itu hanya bisa menundukkan wajah cantik dan manisnya ia duduk si samping sang ayah dan juga Neji.

Iruka hanya bisa meringis melihat keadaan Naruto yang benar-benar sudah basah bagian belakang jasnya.

Akhirnya Iruka berinisiatif untuk berbicara terlebih dahulu. Karena sepertinya Naruto benar-benar belum bisa bicara. "Tuan, Hiashi..  Saya sebagai wali dari Uzumaki Naruto, ingin melamar putri Anda bernama Hyuuga Hinata." Ucap Iruka dengan lugas. Ia berbicara sebagaimana mestinya seorang ayah.

"Memang itu yang saya harapkan." Tanpa sadar Hiashi mengucapkannya. Semua yang berada disitu cukup terkejut.

"Maksud saya, memang seharusnya dia bertanggung jawab." Hiashi berusaha menghalau kegugupannya dengan wajah yang teramat datar.

"Jadi kapan pernikahannya akan berlangsung?" Semua kembali terkejut dengan pertanyaan yang di lontarkan Hiashi. Hinata memandang ayahnya ia tak menyangka, akan secepat ini ayahnya mengatakan hal itu.

Sekarang, giliran Naruto yang memberanikan diri berbicara. "Ja-jadi lamaran saya di terima Paman?" Meski ayahnya yang meminta, tetap saja ia harus memastikannya kembali.

"Hm" jawab Hiashi teramat singkat.

Konohamaru lebih mendekat dengan Shikamaru dan berbisik."Aneh ya Kak, maen teeima aja lamarannya. Aku kira bakal ditanya, 'punya apa kamu berani melamar anak saya?' gitu."

Shikamaru hanya menatap malas pada remaja di sampingnya. "Kau lupa ya, kan ayah Hinata yang pengen Naruto melamar Hinata. Lagi pula insting seorang ayah itu kuat. Jadi kayaknya beliau udah yakin sama Naruto."

Pelanggan Setia [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang