"Syukurlah hari ini 30 porsi yang laku." Pria muda itu tersenyum seraya membasahi sedikit telunjuknya dengan lidah. Kemudian dia menghitung uang hasil berjualan hari ini. Meski tak banyak, tapi ia selalu bersyukur. Satu tangannya meraih catatan harian yang ia letakkan di atas meja.
"Kapan ya, ramenku habis 50 porsi lagi kayak hari pertama?" Ia menatap sendu catatannya. Disana tertulis rincian dagangannya yang habis terjual.
Hari 1--- 50 Porsi
Hari 2--- 20 porsi
Hari 3--- 25 porsi
.
.
.
.
Hari 365-- 30 porsiMasih terpatri senyumnya di bibir kecoklatan itu. Tidak terasa sudah satu tahun ia berjualan ramen keliling. Setelah ia membereskan buku catatannya, pria muda bernama Uzumaki Naruto itu hendak membersihkan tubuhnya. Tapi sebelum itu, melihat coretan kertas yang ia tempel di dinding apartemen kecil miliknya. Disana tertulis 100 target yang ingin dia capai.
Mengamati lamat-lamat satu persatu terget itu. Telunjuknya menunjuk catatan di dinding. "Baru dua yang bisa aku capai. Apa 98 terget lagi bisa tercapai?" Ia bergumam lirih. Tapi kemudian semangat dalam dirinya menggebu-gebu. "Yoshh!! Tentu saja kau harus bisa Uzumaki Naruto!!" Tak lama kemudian lelaki itu masuk kedalam kamar mandi. Begitu banyak hewan berwarna coklat layaknya buah kurma. Naruto hanya mendengus. Dia tidak takut atau jijik, hanya saja kecoa yang jalan-jalan seperti ini teramat menganggu.
"Hey, kau diam disana! Jangan menganggu mandiku, okey?" Seakan mengerti. Hewan yang jumlahnya sekitar lima ekor itu diam. Bahkan ada yang masuk lagi dalam lubang pembuangan air. Yah, memang apartement yang ia tempati ini cukup bersih sebetulnya, meski sangat sederhana bahkan di bilang sangat reyot tapi yang penting masih bisa di tempati. Hanya saja ada masalah dalam pembuangan saluran air. Terkadang kecoa itu selalu menginap di kamar mandinya. Asal tidak menimbulkan bau tak sedap seperti septiteng yang bocor. Selain harganya yang murah, Naruto tidak masalah.
Setelah lima belas menit berlalu, lelaki itu telah selesai dengan ritual mandinya. Tak lupa ia semprotkan pembasmi serangga di kamar mandi. Agar hewan itu tak menginap selain di tempat itu.
Naruto merebahkan diri di ranjang kecil lusuhnya. Seperti biasa, sebelum tidur ia memikirkan banyak hal. Kilas balik memori dirinya sampai bisa mempunyai usaha sendiri itu sungguh tidak mudah. Tapi setidaknya dua target dari 100 mimpi yang ia capai bisa terwujud.
Tak banyak latar belakang tentangnya. Sejak kecil, ia di asuh oleh seseorang yang bernama Iruka. Konon katanya, Naruto di adopsi ketika berusia satu tahun. Sejak itu, terjadi insiden mengerikan penembakan dan bom bunuh diri anggota geng Akatsuki. Menewaskan warga sipil yang tak berdosa. Termasuk orang tua si kecil Naruto. Entah bagaimana pertemuan Iruka dengan Naruto kecil, hingga akhirnya ia memutuskan untuk merawatnya. Salah satu mimpinya adalah membahagiakan Iruka yang sudah ia anggap sebagai pamannya sendiri.
Menghela nafas berat. Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Pria berusia 25 tahun itu bergumam pelan. "Rasanya aku lelah jika terus seperti ini. "Gumamnya. "Tapi sudah satu tahun aku jalani. Apa selamanya akan seperti ini?" Sungguh pertanyaan itu yang selalu becokol di otaknya. Membuka usaha memang tidak mudah. Tapi ia sudah punya mimpi tentang ini. Haruskan ia berhenti? Rasanya perasaan itu tidak sekali dua kali datang. Rasa putus asa selalu menghampirinya setiap malam.
Naruto menggeleng keras, ia memejamkan matanya. "Tidak boleh! Aku tidak boleh menyerah apapun yang terjadi. Nanti pelangganku pergi. Hahah. Hah memang aku punya pelanggan tetap?" Wajahnya kembali menyendu. Setiap ada yang beli pasti wajahnya berbeda. Tapi seketika, wajah cantik nan manis, juga bola mata yang indah terlintas di benak lelaki pirang itu. Senyum secerah mentari itu kembali terbit. "Ah.. benar, dia selalu membeli ramenku. Hanya dia satu-satunya wajah yang selalu ku ingat." Tentu saja, hanya gadis itu yang sering membeli ramennya selama ia membuka usaha itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelanggan Setia [√]
RastgeleUzumaki Naruto, seorang penjual ramen keliling yang memiliki mimpi besar. Sama seperti manusia lain. Ia pantang menyerah dan selalu optimis meski ramennya jarang laku. Tapi yang membuatnya bertahan adalah satu pelanggan yang setia. . . Tidak tahu ke...