12

11.2K 364 20
                                    

Inara bergidik ngeri saat suhu AC menimpa kulitnya dia mengeratkan selimut. Matanya masih terpejam lelah membuat Inara ingin terus tidur ia merasa badannya seperti remuk. Di detik berikutnya mata Inara langsung terbuka lebar saat merasakan sebuah pelukan menariknya ke belakang. Pelan pelan Inara berbalik ingin melihat siapa orang tersebut. Rasanya lega saat mengetahui ternyata dirinya masih berada di pelukan Davin bukan orang lain.

Inara diam memandang wajah polos Davin, dia masih tidak menyangka wajah polos yang di lihat dari segimana pun bisa terlihat kalo Davin memang lebih muda dari Inara bisa berubah menjadi sangat ganas ketika berada di atas ranjang. Tangan Inara terjulur menyentuh wajah Davin. Merasa terganggu dengan sentuhan dari Inara Davin membuka matanya dan langsung melihat wajah cantik Inara dengan jarakn yang sangat dekat. Davin tersenyum lalu..

Cup~

"Terpesona hmm?" Tanya Davin mengeratkan pelukannya. Wajah Davin bergerak ingin kembali mencium Inara tapi Inara segera memalingkan wajahnya sambil mendorong Davin.

"Vin lepas, jam berapa ini aku harus kerja"

"Jangan hari ini bolos aja" Jawab Davin enteng sambil kembali mengeratkan pelukannya sehingga tubuh keduanya yang masih dalam keadaan naked benar benar menempel satu sama lain.

"Kalo aku di marahin nona rose emang mau tanggung jawab?"

"Kalo tanggung jawab tinggal nikahin kamu" Inara menganga tidak percaya dengan balasan Davin yang tidak nyambung.

"Gila kamu"

"Emang"

"Gila karena kamu" Sambung Davin sambil naik ke atas Inara lalu mengecup bibir Inara sekilas.

"Vin minggir"

"Nggak mau"

"Davin.. "

"Inara.." Inara memicingkan matanya mendengar balasan Davin.

"Davin ahhk" Inara setengah berteriak karena kaget dengan apa yang di lakukan Davin.

"Vin nggak mau" Saat ini Davin tengah menggerakkan juniornya naik turun memang belum masuk tapi tetap saja mengefek pada keduanya.

"Satu ronde aja ya?" Bujuk Davin tapi inara tetap menggeleng.

"Please sayangg"

"Nggak ahhhkk vinn" Semakin dilarang Davin semakin menjadi, tangan Davin sekarang malah merayap ke arah dua gundukan itu dan meremasnya membuka Inara kembali mendesah. Menurut Davin jika Inara sudah mendesah berarti dia dapat lampu hijau. Dengan segera Davin kembali menarik selimut sampaikan ke kepala menutup aktivitas yang dia dan Inara lakukan. Ternyata melakukannya di bawah selimut menghasilkan sensasi yang sedikit berbeda. Selanjutnya tinggal desahan keduanya saja yang terdengar.

"Nggak usah manyun"

"Diem deh lo"

Inara dalam mode sensi perasaan baru tadi pagi mereka melakukan hal yang panas saling memuji satu sama lain tapi sekarang Inara malah kembali mengomeli Davin. Davin yang kali ini mengaku salah cuman diam takut singa betina yang ada di pinggirnya ini menerkam tiba tiba, tapi kalo menerkam sepertinya Davin siap siap saja malahan Davin senang tapi kalo Davin tiba tiba di cabik cabik, mati lah.

Alasan di balik kemarahan Inara hari ini adalah Davin setelah pergulatan panas mereka tadi pagi, Davin yang bilangnya satu ronde malah terus berlanjut hingga beberapa jam. Walaupun jujur Inara sendiri juga menikmati tapi tetap saja Davin yang mengakibatkan Inara hari I u bolos.

"Dari pada marah marah mending ikut aku" Davin tidak ada kapoknya untung membujuk Inara.

"Nggak usah pegang pegang" Ucap Inara masih sensi tapi sepertinya Davin pura pura tidak mendengar malah terus menarik Inara hingga sampai di depan mobilnya.

One Night Change ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang