20

4.9K 214 9
                                    

Hari ini tepat satu bulan Inara mempersiapkan pernikahannya dengan Arka. Mau tidak mau Inara tidak punya pilihan lain selain menerima nasibnya. Sedangkan Davin? Inara tidak tahu, Davin pergi menghilang. Semua kontak Inara di blokir bukan cuman Inara tapi seluruh keluarga Davin juga. Inara juga sempat mengunjungi apartemennya tapi tetap tidak menemukan Davin menurut mba Letta tetangga Davin yang Inara kenal,laki laki itu sudah lama tidak menempati apartemennya dan hari ini Inara berniat mengunjungi tempat kerja Davin. Semoga laki laki itu ada disana.

"Loh ra aku kira selama ini Davin sama kamu" Tanya salah satu teman Davin.

"Kamu kan pacarnya masa kamu nggak tau sih pacar kamu ada dimana?" Ucap Ifeh sedikit sensi yang langsung di lerai oleh Hanif teman Davin yang lainnya.

"Kalian lagi marahan ya?" Tanya Hanif saat mengantar Inara keluar.

Inara hanya membalas pertanyaan itu dengan senyuman tidak berani menjawab jujur.

"Davin kalo lagi marah emang agak lama ra, dia cuman lagi butuh waktu aja untuk berpikir. Biasanya kalo lagi gini Davin suka pergi ke rumah neneknya di Jogja" Hanif ini ramah dan juga sangat dewasa padahal Inara yakin umur Hanif sama dengan Davin berarti di bawah dia beberapa tahun. Berbeda dengan beberapa teman Davin temasuk Ifeh yang lebih menyalahkannya. Davin pergi tanpa kabar cukup menghambat semua pekerjaan di kantornya. Kerjaan Davin menumpuk tidak ada yang bisa menghandlenya.

Inara mendadak pening memikirkan Davin. Dia tau posisinya sangat jahat sekarang dia akan menikah dengan Arka tanpa kecuali dan Inara juga sadar bagaimanapun itu sangat menyakiti Davin. Tapi dari lubuk hatinya dia sangat ingin bertemu Davin membicarakan alasannya mengapa dia bisa menerima Arka. Inara juga sangat berharap Davin menerima keputusannya ini. Tidak ada harapan memiliki Davin tapi setidaknya dia menyelesaikan urusannya bersama Davin sebelum memulai lembaran baru bersama Arka.

Lamunan Inara sedikit terganggu dengan suara getar di handphonenya yang terus terusan masuk. Begitu di lihat Inara tanpa ragu mengangkatnya.

"Hallo.. ?"

...

"Di jalan mau pulang"

...

"Aku share lok ya?"

...

"Aku tunggu ya please jangan lama"

Setelah menutup telepon air mata Inara malah keluar cepat cepat Inara masuk ke dalam cafe yang tidak jauh dari sana. Inara menangis tersedu sedu meluapkan sesuatu yang sedari tadi ingin ia lampiaskan. Lelah dengan kondisi dan situasi saat ini. Memperjuangkan kebahagian susah buat Inara tapu dia yakin Tuhan pasti akan kasih dia kebahagiaan lainnya yang lebih besar.

Inata yang awalnya menangis di pinggir jalan merasa malu sendiri makanya dia lebih memilih masuk ke dalam cafe. Lagi patah hati gini Inara masih sadar untuk tidak mempermalukan dirinya sendiri.

Seseorang yang tadi menelepon Inara adalah Arka dia mengatakan akan menjemput Inara sekarang juga karena ada hal penting yang harus segera di selesaikan. Arka mengatakan bahwa dia akan mengajak Inara ke Jogja saat ini juga. Sempat berselisih paham tapi pada akhirnya Inara lebih mengikuti Arka karena terlanjur juga Arka sudah membawa beberapa pakaian Inara juga.

"Kita udah dapat restu dari semua orang tapi tinggal satu orang lagi, di keluarga ku restu semua orang sangat penting dalam kelangsungan rumah tangga kita nanti" Ucap Arka menjelaskan.

"Maaf ajak kamu mendadak kaya gini ra, aku ingin semuanya cepat selesai biar kita juga bisa menyelesaikan semua persiapan kita"

"Tenang ra, omah aku ini baik ko nggak nyeremin"

One Night Change ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang