"Jadi apa ayah sama ibu udah restuin kita?" Tanya Inara sambil memainkan jari Davin.
"Iya ra tapi ayah kamu ngasih aku satu syarat"
"Syarat apa?"
"Rahasia cuman aku sama ayah yang tau" Sambil mencubit hidung Inara
"Dihh" Lalu tertawa melihat aksi Davin.
"Ra banyak banyak ketawa kaya gini lagi ya" Ucap Davin serius.
"Iyaa berondongnya aku bawel banget sih" Inara membalas cubitan Davin yang tadi dengan mencubit kedua pipi Davin.
"Berondong berondong, aku tinggal dikit aja nangis" Ledek Davin yang di balas cibiran oleh Inara.
"Eh?" Inara teringat sesuatu.
"Apa?"
"Kalo tante Melda gimana?"
"Mamih sama papih juga udah restuin ko"
"Arka?"
"Ko nanyain Arka sih? Kamu mau lanjutin rencana pernikahan kalian"
"Ngaco" Menampar pipi Davin pelan.
"Ya terus ngapain tanyain Arka?"
"Cuman nanya doang nggak boleh?"
"Nggak boleh" Davin siap siap menggigit pipi Inara namun Inara tahan sambil ketawa.
"Arka yang nyari aku dan nyuruh aku balik. Arka juga udah minta maaf sama semua yang udah terjadi dia akui kalo selama ini dia suka iri dengan apa yang aku dapet padahal aku nggak punya apa apa tapi ko dia bisa iri ya aneh" Ucap Davin memeluk Inara.
Brakk. Suara pintu di tutup agak keras mengejutkan keduanya.
"Kalian masih betah di rumah sakit nggak mau pulang?"
"Ayah?" Inara melepaskan pelukan Davin malu.
"Ara nih yah padahal udah aku kasih tau cepet cepet malah anteng aja tiduran" Jawab Davin menyalahkan Inara.
Hari ini Inara akan pulang dari rumah sakit semenjak kedatangan Davin kondisi Inara semakin baik. Nafsu makannya pun bertambah. Karena Inara sudah sehat walaupun dokter masih menyarankan untuk tidak kelelahan tapi dokter sudah mengizinkannya pulang.
Langkah Inara terhenti saat melihat ibu hamil yang tengah duduk menunggu dokter di lobby rumah sakit. Tatapan Inara mendadak teduh. Orang melihat Inara sudah baik baik saja secara psikisnya juga apalagi setelah kedatangan Davin, tapi sebenarnya Inara belum sembuh total hanya saja Davin membantu dia mengalihkan seluruh kesedihannya.
Ibu Nisa yang saat itu berjalan beriringan dengan Inara teridam dan sadar akan tatapan putrinya apalagi tangan Inara mendadak memegang perutnya sendiri. Ibu Nisa memandang Davin seperti meminta bantuan pada laki laki itu.
"Udah sayang ikhlasin nanti kita buat lagi" Ucap Davin setengah berbisik pada Inara sambil merangkulnya.
"Kamu mau berapa dua? Tiga? Lima? Kalo lima aku harus semangat dong buatnya"
"Ihh Davin" Tiba tiba Inara merasa panas di kedua pipinya. Lalu kembali tertawa saat Davin mengikutinya berbicara seperti itu dengan gaya khas Inara.
Ibu Nisa melihat itu lega, ternyata sumber kebahagiaan Inara memang Davin. Bersama Davin kebahagiaan Inara bertambah.
Malam ini rencananya keluarga Inara akan merayakan ke sembuhan anak perempuan semata wayangnya. Hitung hitung syukuran karena Inara sudah sembuh dan keluar dari rumah sakit. Awalnya mereka akan mengadakan makan malam di salah satu restoran terkenal tapi Inara menolak katanya dia lebih ingin makan di rumah dengan masakan khas ibu Nisa. Dia sudah rindu dengan masakan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Change It
RomanceNasib Inara bisa berubah hanya dengan satu malam. Semua ini gara gara dia bertemu Davin laki laki berusia empat tahun di bawahnya yang sialnya Inara juga harus kehilangan keperawanannya di tangan Davin. Awalnya Inara akan melupakan kejadian itu dan...